nonton tipi

    Warung Bebas TV Streaming
    bergerak Pictures, Images and Photos
    Selasa, 10 Januari 2012

    TOKOH DEWA 12

    KALAYUWANA


    Photobucket

    BATHARA KALAYUWANA adalah putra ke-tiga dari lima bersaudara putra Btahara Kala dengan Bathari Durga dari kahyangan Setragandamayit. Ke-empat saudaranya yang lain adalah Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati — menikah dengan Ditya Rudramurti mempunyai anak lelaki (berujud raksasa) yang diberi nama Wisnungkara, yang kemudian menurunkan para raja raksasa, diantaranya Arya Kunjarakresna yang berputra Prabu Yudakalakresna serta Arya Singamulangjaya, raja dan patih negara Dwarawati — , Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea.
    Sebagaimana anak Bathara Kala yang lain, Bathara Kalayuwana juga memiliki sifat perwatakan ; berangasan, tinggi hati, serakah dan mau menang dan benarnya sendiri.
    Akibat dari sifat berangasan dan kesombongan Bathara Kalayuwana perang besar pernah terjadi di Suralaya, antara para dewa melawan pasukan raksasa dan para siluman dari Setragandamayit. Peperangan terjadi sebagai akibat kemaraan Bathara Kalayuwana yang tidak dapat menerima penolakan Bathara Guru atas pinangannya terhadap Dewi Gagarmayang. Perang baru berakhir setelah Sanghyang Brahma turun ke arcapada untuk meminta bantuan Resi Kiswabrisma, cucu buyut Dewi Brahmanisri dengan Garuda Aruni/Garuda Briawan. Dewi Brahmanisri adalah putrid sulung Sanghyang Brahma dengan Dewi Raraswati. Dalam peperangan tersebut Resi Kiswabriswa berhasil mengalahkan Bathara Kalayuwana dan mengusir pasukan raksasa dan para siluman dari Jonggringsaloka.
    Sumber : Senawangi
    KAMAJAYA


    Photobucket

    BATHARA KAMAJAYA mempunyai wajah sangat tampan. Ia merupakan makhluk yang berwajah paling tampan di Tribuana (jagad Mayapada, Madyapada dan Arcapada). Bersama isterinya, Dewi Ratih/Kamaratih, putri Bathara Soma, kedua suami-istri tersebur merupakan lambang kerukunan suami-istri di jagad raya. Mereka terkenal sangat rukun, tidak pernah berselisih, sangat setia satu sama lain dan cinta mencintai.
    Bathara Kamajaya adalah putra kesembilan dari kesepuluh orang saudara kandung putra Bathara Ismaya dengan  Dewi Senggani. Kesembilan orang saudaranya masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Kuwera, Bathara Candra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Surya dan Dewi Darmanesti.
    Bathara Kamajaya bertempat tinggal di Kahyangan Cakrakembang. Ia memiliki senjata pamungkas berupa panah sakti bernama Kyai Pancawisaya. Bathara Kamajaya pernah ditugaskan oleh Sanghyang Manikmaya untuk menurunkan Wahyu Cakraningrat kepada Raden Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra, sebagai pasangan Wahyu Hidayat yang diturunkan oleh Dewi Ratih kepada Dewi Utari, putri Prabu Matswapati, raja negara Wirata. Bathara Kamajaya sangat sayang kepada Arjuna, dan selalu membantu serta melindunginya bila Arjuna menghadapi suatu permasalahan dan marabahaya.
    Sebagai makhluk yang berwujud “akyan” hidup Bathara Kamajaya bersifat abadi.
    Sumber : Senawangi
    KAMARATIH

    Photobucket


    DEWI RATIH atau Dewi Kamaratih, adalah putri Bathara Soma, putra Sanghyang Pancaresi yang berarti keturunan Sanghyang Wening, adik Sanghyang Wenang. Dewi Ratih menikah dengan Bathara Kamajaya, putra kesembilan Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Ia bertempat tinggal di Kahyangan Cakrakembang.
    Dewi Ratih berwajah sangat cantik, memiliki sifat dan perwatakan; sangat setia dan cinta kasih, murah hati, baik budi, sabar dan sangat berbakti terhadap suami. Bersama suaminya Bathara Kamajaya, suami-istri tersebut merupakan lambang kerukunan suami-istri di jagad raya. Karena kerukunannya dan cinta kasihnya satu dengan yang lain.
    Dewi Ratih pernah ditugaskan oleh Sanghyang Manikmaya untuk menurunkan Wahyu Hidayat kepada Dewi Utari, putra bungsu Prabu Matswapati raja negara Wirata dengan permaisuri Dewi Ni Yutisnawati/ Setyawati. Wahyu Hidayat diturunkan sebagai pasangan Wahyu Cakraningrat yang diturunkan Bathara Kamajaya kepada Raden Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra.
    Sebagaimana halnya para dewa lainnya, hidup  Dewi Ratih pun bersifat abadi, tidak mengenal kematian.
    Sumber : Senawangi

    Sabtu, 07 Januari 2012

    TOKOH DEWA 11

    KALA 



    Photobucket

    Photobucket


    BATHARA KALA adalah putra yang ke-enam/putra bungsu Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Dewi Umayi. Ia satu – satunya yang berwujud raksasa dari ke-enam saudara kandungnya, karena ia tercipta dari “kama salah” Sanghyang Manikmaya yang jatuh ke dalam samodra dan menjelma menjadi bayi rakasasa. Ke-lima kakak kandungnya masing-masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu dan Sanghyang Wisnu. Bathara Kala juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umakarti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
    Bathara Kala bertempat tinggal di Kahyangan Selamangumpeng. Ia menikah dengan Dewi Pramuni, ratu penguasa makhluk siluman yang berkahyangan di Setragandamayit. Dari perkawinan tersebut Bathara Kala memperoleh lima orang putra masing-masing bernama; Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati, Bathara Kalayuwana, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea.
    Bathara Kala sangat  sakti sejak bayi. Ketika mengamuk di Suralaya, ia hanya bisa ditaklukan oleh Sanghyang Manikmaya dengan Aji Kemayan. Kedua taringnya dipotong, yang kanan menjadi keris Kalanadah dan yang kiri menjadi keris Kaladite. Selain Sanghyang Manikmaya, hanya Sanghyang Wisnu yang dapat mengalahkan Bathara Kala.
    Meskipun sakti, Bathara Kala sangat dungu dan tak pernah mulai mengadakan persoalan ataupun peperangan. Ia kerap kali bertindak salah tetapi tidak disengaja, hanya kerena kebodohannya. Bathara Kala akan membela diri dan haknya apabila diserang atau dianiaya. Membunuh makhluk lain tidak untuk kesenangan, tetapi karena kebutuhan untuk membela kehidupan. Bathara kala lazim dipergunakan sebagai lambang keangkaramurkaan.
    Sumber : Senawangi
    KALAGUMARANG




    Photobucket
    BATHARA KALAGUMARANG adalah putra Bathara Kalakeya, yang berarti cucu Bathari Durga/Dewi Pramuni dengan Bathara Kala, dari kahyangan Setragandamayit. Bathara Kalagumarang diperintahkan oleh Sanghyang Manikmaya untuk turun ke Arcapada mencari seperangkat gamelan ketoprak. Benda tersebut sangat diperlukan oleh Sanghyang Manikmaya untuk memenuhi permintaan Dewi Tisnowati, wanita yang tercipta dari Cupu Retnadumilah milik Sanghyang Kanekaputra yang jatuh ke dalam rongga mulut Hyang Anantaboga.Kerena mendapat wewenang untuk berbuat apa saja sesuai kehendaknya, dalam perjalannya Bathara Kalagumarang selalu membuat keonaran. Setiap dewa yang ditemuinya di perjalanan dihajarnya. Ia juga merusak perkampungan penduduk dan membunuh orang-orang yang tak berdosa.Tindakannya itu menimbulkan banyak kekacauan di Arcapada.
    Pada suatu saat Bathara Kalagumarang bertemu dengan Dewi Sri, istri Sanghyang Wisnu. Ia langsung mengejarnya dan bermaksud untuk memperistrinya. Perbuatannya itu diketahui Sanghyang Wisnu yang mengutuknya menjadi babi hutan.
    Mengetahui wujudnya berubah menjadi babi hutan, Bathara Kalagumarang semakin marah dan beringas. Ia terus mengejar-ngejar Dewi Sri yang akhirnya sampai di negara Medangkamulan. Bathara Kalagumarang akhirnya mati dipanah oleh Prabu Makukuhan, yang sesungguhnya penjelmaan Bathara Srigati, putra Sanghyang Wisnu dengan Dewi Srisekar/Sri Widowati.
    KALARAHU




    Photobucket

    KALARAHU adalah makhluk berwujud raksasa anak maharsi Kasyapa dengan Dewi Sinhika. Kalarahu mempunyai saudara tunggal ibu yaitu Sucandra, Candrahantri dan Candrapramardana.
    Kalarahu sangat membenci Batara Surya dan Batara Candra sehingga sering matahari dan bulan ditelan olehnya sehingga menimbulkan gerhana matahari dan bulan. Latar belakang kebencian itu adalah bermula dari pencarian tirta amerta oleh para dewa. Tirta amerta adalah air suci yang jika diminum akan melanggengkan umur, kalis dari kematian dan menjadi makhluk abadi. Kalarahu menyusup diantara rombongan dewa yang mengantri untuk meminumnya.
    Tepat ketika air di teguknya, Batara Surya dan Batara Candra meneriakinya bahwa dia adalah penyusup.  Mengetahui hal tersebut Batara Wisnu langsung melemparkan senjata cakra dan seketika kepala Kalarahu langsung terpenggal meninggalkan badannya. Badan Kalarahu jatuh ke bumi  dan kemudian berubah menjadi lesung penumbuk padi. Sementara karena telah berhasil meminum tirta amerta, maka kepala Kalarahu tidak mati dan melesat dan mengembara ke angkasa.

    TOKOH DEWA 10

    INDRA 

    Photobucket

    INDRA, BATARA adalah dewa keindahan dan dewa prajurit yang memerintah dan mengepalai para hapsari atau bidadari di kahyangan kainderan. Dia adalah putra ketiga dari Sang Hyang Manikmaya dengan permaisuri Dewi Umayi. Batara Indra mempunyai 5 saudara sekandung yaitu Sang Hyang Sambo, Sang Hyang Brahma, Sang Hyang Bayu, Sang Hyang Wisnu dan Batara Kala. Ia juga mempunyai 3 orang saudara seayah lain Ibu, putra Dewi Umarakti yaitu Sang Hyang Cakra, Sang Hyang Mahadewa dan Sang Hyang Asmara.Sang Hyang Indra sangat sakti, apabila tiwikrama mempunyai wibawa halilintar. Ia mempunyai kendaraan gajah yang sangat besar bernama Erawana.Sang Hyang Indra tinggal di kahyangan Rinjamaya dan menikah dengan Dewi Wiryati yang menghasilkan 7 anak yaitu Dewi Tara, Dewi Tari, Batara Citrarata, Batara Citragana, Batara Jayantaka, Batara Jayantara dan Batara Harjunawangsa.


    IRIMIRIN


    Photobucket
    DEWI IRIMIRIN dikenal pula dengan nama Dewi Surendra (pedalangan Jawa), yang mempunyai arti “Seorang yang nafsu birahinya (semangat keseksualannya) amat besar.”Dewi Irimirin adalah salah seorang diantara bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari tujuh orang, yaitu Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Irnimirin, Dewi Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru, Dewi Warsiki dan Dewi Wilutama.
    Karena kecantikannya Dewi Irimirin pernah menimbulkan peperangan hebat amtara Suralaya dengan negara Nusahambara. Prabu Kalimantara, raja raksasa negara tersebut mengutus kedua senapati perangnya Arya Dadali dan Arya Sarotama untuk melawar Dewi Irimirin.
    Karena lamarannya ditolak para dewa, Prabu Kalimantara mengerahkan angkatan perangnya untuk menyerang Suralaya. Angkatan perang dewa tidak dapat membendung serangan negara Nusahambara. Kesaktian Prabu Kalimantara, Arya Dadali dan Arya Sarotama tidak terkalahkan oleh para dewa.Dewa kemudian minta bantuan Bambang Sakutrem, putra Resi Manumayasa dari pertapaan Retawu untuk menghadapinya.
    Dengan kesaktiannya, Sakutrem berhasil membinasakan Prabu Kalimantara, Arya Dadali dan Sarotama yang kemudian berubah wujud menjadi pusaka-pusaka kadewatan berupa ; Jamus Kalimasada, panah Ardadadali dan panah Sarotama. Dengan peristiwa tersebut.Dewi Irimirin merupakan bidadari pertama yang menjadi awal mula turunnya pusaka-pusaka kadewatan diberikan kepada umat arcapada
    ISMAYA


    Photobucket

    Photobucket

    SANGHYANG ISMAYA adalah putra kedua Sanghyang Tunggal dengan Dewi Wirandi/Rekatawati, putri Prabu Yuyut/Resi Rekatama, raja Samodralaya. Ia mempunyai dua saudara kandung bernama Sanghyang Tejamaya/Sanghyang Antaga dan Sanghyang Manikmaya. Sanghyang Ismaya juga mempunyai tiga orang saudara kandung seayah lain ibu, putra Dewi Darmani, putri Sanghyang Darmayaka dari Selong, masing-masing bernama ;  Sanghyang Rudra/Dewa Esa, Sanghyang Dewanjali dan Sanghyang Darmastuti.
    Sanghyang Ismaya dikenal pula dengan nama Sanghyang Punggung (Purwakanda). Ia menikah dengan Dewi Senggani, putri  Sanghyang Wening. Dari perkawinan tersebut ia mendapatkan 10 orang putra masing-masing bernama ; Bathara Wungkuam, Bathara Tembora, Bathara Kuwera, Bathara Wrahaspati, Bathara Syiwah, Bathara Surya, Bathara Chandra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Bathari Darmastutri
    Sanghyang Ismaya berwajah tampan. Suatu ketika ia berkelahi dengan Sanghyang Tejamaya karena memperebutkan siapa yang tertua diantara mereka dan yang berhak menjadi raja Tribuana. Akibatnya wajah mereka menjadi jelek. Oleh Sanghyang Tunggal mereka diberitahu, bahwa dahulu mereka lahir berwujud telor. Yang tertua Sanghyang Tejamaya  (tercipta dari kulit telur| kemudian Sanghyang Ismaya (tercipta dari putih telur) dan Sanghyang Manikmaya yang tercipta dari kuning telur.
    Karena kesalahannya itu, Sanghyang Ismaya dan Sangyang Tejamaya harus turun ke Marcapada. Sanghyang Tejamaya mendapat tugas memberi tuntunan para angkara dan berganti nama menjadi Togog. Batahara Ismaya mendapat tugas  menjadi pamong trah Witaradya. Ia turun ke pertapaan Paremana menjelma pada cucu nya sendiri, Smara/Semar putra Bathara Wungkuam, yang menjadi saudara ipar Resi Manumayasa.
    Sumber : Senawangi

    TOKOH DEWA 9

    GANESA

    Photobucket

    Batara Ganesa disebut juga Batara Ganapati atau Batara Gana, dianggap sebagai Dewa Pendidikan, Sastra,dan Penyebar Ilmu Pengetahuan. Ia adalah anak Batara Guru dari Dewi Umaranti, yang tinggal di kahyangan Glugutinatar.Batara Ganesa lahir tidak dalam bentuk manusia, melainkan dalam ujud menyerupai gajah, lengkap dengan gading dan belalainya. Hal ini terjadi karena sesaat setelah Batara Guru dan Dewi Uma saling bercumbu kasih, para dewa datang menghadap. Di antara mereka yang datang menghadap adalah Batara Endra yang mengendarai Gajah Airawata. Gajah itu luar biasa besar, sehingga membuat takjub dan kaget Dewi Uma, yang saat itu lagi mengandung. Karena ketakjubannya itu, maka kemudian Dewi Umaranti melahirkan putera yang bentuk dan wajahnya mirip sekali dengan gajah.

    Bayi gajah Ganesa ternyata juga memiliki kesaktian luar biasa. Ia dapat mengalahkan raja raksasa Nilarudraka dari kerajaan Glugutinatar, yang datang menyerbu kahyangan. Ketika itu raja raksasa gandarwa itu mengamuk karena lamarannya pada Dewi Gagarmayang ditolak. Setelah dikalahkan, Glugutinatar dijadikan kahyangannya.
    Dalam pewayangan, pada lakon Batara Brama Krama, Batara Ganesa pernah diruwat oleh Batara Brama sehingga ujudnya menjadi dewa yang tampan, tidak lagi berkepala gajah. Setelah ujudnya berubah, Batara Ganesa dikenal dengan sebutan Batara Mahadewa. Menurut Adiparwa, yaitu bagian pertama dari Mahabarata, Ganesa juga berjasa menjadi juru tulis Empu Wyasa yang mengarang kitab Mahabarata itu. Nama lain Batara Ganesa adalah Ganapati, Lambakarna, Gajanana, Karimuka dan Gajawadana.

    GANGGA


    Photobucket
    GANGGA, BATARI disebut juga Batari Ganggawati, Dewi Angga, Dewi Jahnawi, Dewi Jumpini. Dia adalah istri pertama Prabu Santanu, raja negri Astina. Sebenarnya dia adalah seorang bidadari yang terkena kutukan dewa sehingga harus menjalani hidup di dunia.


    BATARA GURU 






    Photobucket

    GURU, BATARA atau juga disebut Sang Hyang Manikmaya adalah putra ketiga Sang Hyang Tunggal dengan Dewi Wirandi/Rekatawati, putri Prabu Yuyut/Resi Rekatama, Raja Samodralaya. Dia mempunyai 2 saudara kandung yaitu Sang Hyang Tejamaya/Antaga dan Sang Hyang Ismaya. Batara Guru juga mempunyai 3 orang saudara seayah lain ibu putra Dewi Darmani, putri Sang Hyang Darmayaka dari Selong, yaitu : Sang Hyang Rudra/Dewa Esa, Sang Hyang Dewanjali dan Sang Hyang Darmastuti.
    Batara Guru mempunyai 27 nama gelar, tapi yang dikenal diantaranya : Sang Hyang Jagadnata, Sang Hyang Jagadpratingkah, Sang Hyang Pramesti Guru, Sang Hyang Siwa, Sang Hyang Girinata. Dalam dunia pewayangan Sang Hyang Manikmaya mempunyai kekuasaan tertinggi. Ia menguasai 3 lapisan jagat raya yaitu : Mayapada (dunia kadewatan), Madyapada (dunia makhluk halus) dan Arcapada (dunia manusia di bumi).
    Batara Guru tinggal di kahyangan Jong Giri Kelasa (dalam pewayangan sering disebut Jonggring Salaka atau Suralaya). Ia beristri Dewi Uma atau Umayi yang sangat cantik jelita dan sakti. Awalnya Dewi Uma tidak bersedia diperistri, kecuali apabila Batara Guru berhasil menangkapnya. Berkali-kali usaha dilakukan Guru untuk memenuhi keinginan itu dengan menangkap Dewi Uma namun selalu gagal karena “kelicinan” gerak Dewi Uma. Hingga setelah sekian lama belum berhasil maka Batara Guru memohon kepada Hyang Wenang, kakeknya, agar ia diberi tambahan sepasang tangan lagi untuk mempermudah menangkap Dewi Uma. Setelah terkabul dan tangan Batara Guru berubah menjadi empat, maka Dewi Uma berhasil ditangkapnya dan kemudian menjadi istrinya. Karena bertangan empat inilah maka Batara Guru sering disebut Sang Hyang Caturbuja.

    Jumat, 06 Januari 2012

    TOKOH DEWA 8

    DURGA

    Photobucket

    BATARI DURGA, sebenarnya pada mulanya adalah istri Batara Guru. Yakni waktu ia masih berwajah cantik, dan masih bernama Dewi Uma atau Dewi Umayi. Suatu sore menjelang senja, Batara Guru dan Dewi Uma pergi menghibur diri menunggang Lembu Andini mengangkasa melihat-lihat pemandangan alam. Di atas lautan dekat Nusakambangan, sewaktu angin menyingkap kain yang dikenakan Dewi Uma, Batara Guru tergiur melihat betis istrinya. Ia lalu merayu Dewi Uma dan mengajaknya memadu kasih saat itu juga di atas punggung Lembu Andini.Namun Dewi Uma menolak ajakan itu karena merasa hal itu sangat tidak pantas. Batara Guru tidak menghiraukan penolakan istrinya, dan terus berusaha merayu, sedangkan Dewi Uma terus berusaha menghindar.Akhirnya, karena tak lagi dapat menahan hasratnya, keluarlah (mani) Batara Guru, jatuh ke laut.
    Penolakan Dewi Uma membuat Batara Guru kesal dan marah. Sepulangnya di kahyangan mereka bertengkar. Apalagi secara diam-diam Lembu Andini kemudian saling memanas-manasi mereka.
    Dalam keadaan marah Dewi Uma mengatakan: “Perbuatan seperti tadi Kakanda hanya pantas dilakukan oleh makhluk yang bertaring panjang….” Karena Dewi Uma memiliki kesaktian tinggi, apa yang diucapkannya itu kemudian terjadi.Bukan main marah Batara Guru setelah menyadari taringnya tumbuh menjadi panjang. Tanpa berpikir lagi ia segera membalas mengutuk Dewi Uma menjadi seorang raseksi.
    Setelah saling kutuk mengutuk itu keduanya sama-sama menyesal. Karena Dewi Uma telah terlanjur berubah ujud menjadi raksasa, maka Batara Guru menganggapnya tidak pantas lagi menjadi istrinya.
    Karena itu Batara Guru lalu menukar badan jasmaninya dengan tubuh Sang Hyang Permoni yang cantik tetapi berhati dengki dan culas. Sedangkan jiwa Sang Hyang Permoni dimasukkan ke tubuh Dewi Uma yang telah berujud raksasa itu, dan diberi nama Batari Durga.
    Beberapa saat kemudian datanglah makhluk ganas yang berasal dari kama benih Batara Guru yang jatuh ke laut itu. Makhluk ini mengamuk di kahyangan lalu mengajukan tiga tuntutan, yakni minta diakui sebagai anak, diberi nama, dan diberi istri. Tuntutan ini dikabulkan Batara Guru. Makhluk itu diberi nama Batara Kala, dan diberi istri Batari Durga. Mereka diberi tempat di Kahyangan Setra Gandamayit, di Hutan Krendawahana. Di tempat ini mereka berkuasa atas segala macam jin, gandarwa, hantu, dan makhluk halus lainnya.
    Dalam pewayangan, Batari Durga menjadi sesembahan oleh mereka yang memiliki sifat suka mengambil jalan pintas. Burisrawa, misalnya, menyembah dan mohon pertolongan Batari Durga ketika ia tidak dapat membendung rasa rindunya pada Dewi Subadra, istri Arjuna. Dengan bantuan Batari Durga, Burisrawa dapat masuk ke Kasatrian Madukara tanpa diketahui dan kemudian nyaris dapat menodai Subadra. (Lakon Sembadra Larung) Lesmana Mandrakumara, putra sulung Prabu Anom Duryudana, juga pernah minta bantuan Batari Durga agar dapat mempersunting Dewi Pregiwati, putri Arjuna. Walaupun Durga membantunya, usaha ini gagal dan Dewi Pregiwati menjadi istri Pancawala, putra Prabu Yudistira.
    Kelak, menjelang pecah Baratayuda, Batari Durga pernah dimintai tolong oleh Dewi Kunti, agar membinasakan gandarwa Kalantaka dan Kalanjaya. Kedua gandarwa sakti itu mengancam keselamatan Pandawa, karena mereka hendak membantu Kurawa. Batari Durga bersedia memenuhi permintaan Kunti, dengan syarat ibu para Pandawa itu harus menyerahkan Sadewa sebagai kurban. Dewi Kunti tidak sanggup memenuhi permintaan Betari Durga itu. Namun ternyata akhirnya Batari Durga dapat pulih kembali menjadi bidadari cantik setelah diruwat oleh Sadewa, salah seorang si kembar dari keluarga Pandawa. Sadewa sanggup meruwat Batari Durga setelah tubuhnya disusupi oleh Batara Guru. Peristiwa itu dikisahkan dalam lakon Sudamala atau Murwakala.
    Walaupun pada Wayang Purwa tokoh Batari Durga sering dilukiskan jahat, bengis, dan menakutkan, beberapa sekte agama di India, terutama di wilayah utara, Durga dipuja sebagai dewi pelindung. Mereka percaya Durga adalah Dewi Penolong bagi orang yang sedang terkena musibah atau menderita karena suatu perlakuan yang tidak adil. Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, tokoh Batari Durga digambarkan dengan tiga wanda, yakni wanda Gidrah, wanda Wewe, dan wanda Gedrug.

    DWAPARA





    Photobucket
    Batara Dwapara adalah dewa berhati culas, iri dan dengki, sering memfitnah para dewa lainnya. Karena sifat-sifatnya yang buruk itu tidak juga berkurang, ia diusir dari kahyangan lalu dikutuk oleh Sang Hyang Tunggal untuk turun ke dunia guna melampiaskan sifat buruknya. Akibat kutukan Sang Hyang Tunggal itu, Batara Dwapara terpaksa turun ke dunia dan menitis ke seorang bayi, putera Prabu Suwala, Raja Plasajenar.Bayi itu adalah Arya Suman yang setelah dewasa mempunyai nama alias Sengkuni.Kutukan itu diterima Batara Dwapara sewaktu ia diketahui oleh para dewa lainnya telah memfitnah Batara Bayu. Itu pula sebabnya, Patih Sengkuni memiliki watak buruk sebagai tukang fitnah dan dengki. Dan itu pula sebabnya, Bima sebagai anak Batara Bayu amat geram terhadap Sengkuni.

    GAGAR MAYANG

    Photobucket

    GAGARMAYANG, BATARI adalah bidadari keturunan Sang Hyang Triyarta. Ia mempunyai saudara kembar bernama Batari Prabasini. Meskipun memiliki bentuk badan ceking, namun karena kecantikan dan daya sensualnya yang tinggi, Batari Gagarmayang oleh Sang Hyang Manikmaya ditetapkan sebagai salah stau dari 7 bidadari upacara di Suralaya. Bidadari lainnya adalah Batari Supraba, Dewi Lenglengdanu, Batari Irimirin, Batari Tunjungbiru, Batari Warsiki dan Batari Wilutama.
    Dalam kisah Arjuna Wiwaha, Batari Gagarmayang pernah diturunkan ke dunia bersama keenam bidadari suralaya lainnya melaksanakan perintah Sang Hyang Indra untuk menggagalkan konsentrasi Arjuna yang sedang bertapa di Goa Mintaraga di lereng Gunung Indrakila.
    Mereka gagal dalam tugasnya karena Arjuna tetap konsisten dengan tapanya dan tidak terpengaruh sama sekali atas godaan sensualitas dari bidadari-bidadari nan jelita itu. Malah justru bidadari-bidadari itulah yang sebenarnya “jatuh cinta” kepada kegagahan Arjuna.

    TOKOH DEWA 7

    DEWASRANI

    Photobucket

    BATHARA DEWASRANI adalah putra Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Bathari Durga, wujud Dewi Umayi setelah terkena kutukan Sanghyang Manikmaya. Ia lahir di istana siluman, Setragandamayit. Bathara Dewasrani mempunyai lima orang saudara satu ibu lain ayah, yang secara fisik merupakan putra Bathari Durga/Dewi Pramuni dengan Bathara Kala, masing-masing bernama; Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati, Bathara Kalayuwana, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea.Bathara Dewasrani berwajah tamapan.Selain sakti, juga mempunyai Aji Kawrastawan, dapat beralih rupa menjadi apa saja sesuai kehendaknya. Bathara Dewasrani mempunyai sifat dan perwatakan; serakah, bengis, kejam, suka membuat usil dan mau benarnya sendiri. Berkali-kali ia membuat keributan di Jonggrisaloka dengan berbagai tuntutan yang aneh-aneh.
    Bathara Dewasrani pernah menuntut untuk dijadikan raja di Kahyangan Kaideran dan dijodohkan dengan Dewi Supraba. Ketika keingginannya ditolak Sanghyang Manikamaya, ia mengamuk, tetapi dapat dikalahkan Bathara Indra. Dewasrani juga pernah mengejar-ngejar Dewi Sri Widowati/Dewi Srisekar, istri Bathara Wisnu sampai keluar Kahyangan Untarasegara.
    Atas perbuatannya itu ia dikutuk Bathara Wisnu menjadi babi hutan, dan dapat kembali kewujud aslinya setelah diruwat ibunya, Dewi Pramuni.
    Berkali-kali Dewasrani menitis atau menjelma menjadi raja raksasa untuk membuat kekacauaan di Arcapada. Tetapi semua tindakannya itu selalu dapat digagalkan Bathara Wisnu. Karena berbagai tindakannya itu, Dewasrani dikenal sebagai lambang kejahatan.

    DRESNALA 


    Photobucket
    DRESNALA, DEWI adalah putri ke-10 Sang Hyang Brahma dengan permaisuri Dewi Raraswati. Ia mempunyai 13 saudara kandung diantaranya : Dewi Bramanistri yang dianugerahkan kepada Garuda Briawan/Suwarna/Aruni dan menurunkan golongan garuda, Dewi Bramaniyuta yang menikah dengan Batara Srinada/Prabu Basurata raja negri Wirata, Dewi Bremani yang menikah dengan Prabu Banjaranjali yang menurunkan raja-raja negara Alengka termasuk Prabu Dasamuka.
    Dewi Dresnala juga mempunyai 8 orang saudara seayah lain ibu, diantaranya : Batara Brahmanaresi yang menikah dengan Dewi Srihuna, putri Sang Hyang Wisnu. Kemudian Batara Brahmanasadewa yang menikah dengan Dewi Srinadi, putri Sang Hyang Wisnu, berputra Prabu Brahmakestu yang menurunkan raja-raja di Maespati.
    Dewi Dresanala pernah dianugerahkan kepada Arjuna, yang kala itu menjadi raja di Kahyangan Kainderan atas jasanya membunuh Prabu Niwatakawaca raja raksasa negara Manikmantaka. Dari perkawinan itu lahirlah Wisanggeni.

    DRUWASA


    Photobucket

    Resi Druwasa adalah guru Dewi Kunti yang mengajarkan Ajian Adityarhedaya. Sebenarnya ilmu itu tidak boleh diajarkan pada gadis yang belum menikah, tetapi karena Dewi Kunti terus merengek, akhirnya Resi Druwasa mengajarkan ilmu itu dengan pesan agar jangan sekali-kali dicoba digunakan.Namun pada suatu pagi, di ranjang tidurnya, Dewi Kunti mencoba keampuhan ilmu itu, akibatnya datanglah Batara Surya kepadanya, dan terjadilah sesuatu yang tidak diharapkan. Dewi Kunti mengandung, padahal ia masih gadis.Karena kejadian ini, ayah Dewi Kunti, Prabu Kuntiboja mempersalahkan Resi Druwasa dan menuntut agar Resi Druwasa melahirkan jabang bayi yang dikandung Dewi Kunti tanpa merusak kegadisannya.
    Oleh Resi Druwasa, bayi itu akhirnya dikeluarkan lewat telinga Dewi Kunti, sebab ilmu yang diajarkan masuk ke dalam diri Dewi Kunti juga lewat telinga. Sesudah dilahirkan , Prabu Kuntiboja memerintahkan bayi itu dibuang ke sungai, kelak bayi ini menjadi seorang ksatria sakti bernama Basukarna.
    Sebagai seorang yang berilmu tinggi, Resi Druwasa tahu kelak Dewi Kunti akan sangat membutuhkan ilmu ini. Suatu ketika suaminya tidak akan dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena kutukan Begawan Kimindama, padahal ia sangat membutuhkan keturunan. Maka ajian Adityarhedaya terbukti memang bermanfaat untuk memanggil para dewa, sehingga garis keturunannya tidak terputus.




    Selasa, 03 Januari 2012

    TOKOH DEWA 6

    BALAUPATA

    Photobucket

    Balaupata dan Cingkarabala adalah raksasa kembar. Mereka anak raksasa Gopatama yang masih saudara Lembu Andini. Kedua raksasa ini ditugasi menjaga Kori Selamatangkep dan diangkat menjadi dewa. Barang siapa yang mau masuk naik atau masuk ke Kayangan Suralaya menghadap Batara Guru, maka harus lebih dahulu berhadapan dengan sang penjaga Kori Selamatangkep yang berwujud raksasa kembar. Siapapun yang sanggup mengalahkan atau mendapat izin dari raksasa kembar dapat menghadap Batara Guru.
    (Ensiklopedi tokoh-tokoh wayang dan silsilahnya)

    DARMA




    Photobucket

    Batara Darma dikenal sebagai dewa yang bertugas menjaga tegaknya keadilan dan kebenaran dalam dunia pewayangan. Dewa inilah yang sebenarnya ayah biologis Puntadewa, atas izin Prabu Pandu Dewanata, istrinya yang bernama Dewi Kunti menerapkan ajian Adityarhedaya untuk mengundang para dewa. Dewa yang pertama dipanggil adalah Batara Darma ini.
    Batara Darma pernah melindungi Dewi Drupadi, ketika istri Puntadewa itu hendak ditelanjangi oleh Dursasana. Waktu itu setelah Pandawa ditipu dan kalah main judi dengan para Kurawa, Dewi Drupadi dianggap sebagai barang taruhan yang dimenangkan oleh Kurawa. Di hadapan banyak orang, Dursasana mencoba melepas kain yang dikenakan Dewi Drupadi, namun selalu gagal. Setiap kali kain yang dikenakan dilepaskan dari tubuh Drupadi,saat itu pula secara gaib tubuh Drupadi terlapisi oleh kain yang lain,berkat pertolongan Batara Darma.
    Setelah itu, menjelang berakhirnya masa pembuangan Pandawa di hutan Kamiyaka,Batara Darma datang menguji rasa keadilan Puntadewa, anaknya. Dewa itu menyaru sebagai raja gandarwa dan membunuh adik-adik Puntadewa satu persatu.Ia lalu mengajukan berbagai pertanyaan ujian pada Puntadewa yang ternyata dijawab dengan sangat memuaskan.Ketika Puntadewa disuruh memilih mana diantara adik-adiknya yang akan dihidupkan kembali,Puntadewa pun menjawab dengan pertimbangan keadilan yang matang. Karena jawaban Puntadewa yang memuaskan ini, raja gandarwa lalu berubah ujud menjadi Batara Darma, dan keempat adik Puntadewa dihidupkan kembali.
    Menjelang kematian Pandawa, Batara Darma juga menjelma menjadi anjing peliharaan Puntadewa.Anjing itu terus mengikuti perjalanan Pandawa dalam perjalanan kelana menjemput kematian dan mengantar Puntadewa sampai ke pintu sorga. Namun ketika Puntadewa hendak masuk ke sorga,oleh penjaga gerbang sorga anjing itu dilarang masuk. Karena penolakan itu Puntadewa lalu protes, Puntadewa enggan masuk ke dalam sorga yang tidak menghargai sebuah kesetiaan. Pada saat itulah si anjing berubah ujud menjadi Batara Darma.
    http://teguhrahardjo.blogspot.com/2010_04_01_archive.html


    DEWARUCI

    Photobucket


    Dewa Ruci meminta Bima untuk masuk kedalam badannya, melalui telinga kirinya. Walaupun dewa ini sangat kecil, tetapi Bima dapat masuk ke dalam tubuh Dewa Ruci dan menemukan dirinya berada pada suatu dunia yang sangat mengagumkan, damai, dan indah, dimana ia merasa sangat nyaman dan karena itu Bima ingin tetap tinggal disana.Dewa Ruci kemudian menjelaskan makna dari apa yang dilihatnya dan makna dari kehidupan. Menjawab keinginan Bima untuk tinggal disana, Dewa Ruci mengatakan ia boleh tinggal disana setelah kematiannya. Tetapi untuk saat ini, ia harus kembali ke bumi bersama dengan saudara-saudaranya untuk melaksakan kewajiban sebagai ksatria.
    Bima mengikuti Dewa Ruci dan kembali ke dunia nyata untuk melanjutkan perlawanannya memerangi kejahatan, membela saudara-saudaranya melawan Kurawa.




    TOKOH DEWA 5

    CALAKUTA 


    Photobucket



    CALAKUTA, BATARA adalah dewa yang berkuasa atas segala serangga berbisa, menetap di kahyangan Wisabawana yang terletak di lereng Gunung Jamurdipa.
    Suatu ketika ketenangan di kahyangan Wisabawana terganggu karena para dewa di bawah pimpinan Batara Guru sedang bergotong royong berusaha mencabut Gunung Jamurdipa untuk digunakan mengaduk samudra dalam upaya mendapatkan tirta amerta. Perbuatan para dewa itu membuat marah Batara Calakuta.
    Hingga akhirnya timbul perselisihan diantara mereka. Batara Calakuta dan anak buahnya kewalahan dan kemudian melarikan diri. Dalam pelariannya Batara Calacuta menciptakan telaga beracun yang berisi bisa kalakuta. Hingga suatu saat ketika kehausan, sebagian dari para dewa meminum air tersebut dan kemudian menemui ajal. Begitupun Batara Guru nyaris mengalami hal serupa jika pada saat meminumnya tidak dimuntahkan segera. Namun karena kuatnya pengaruh bisa tersebut, maka leher batara Guru menjadi biru karenanya. Itulah sebabnya Batara Guru mendapatkan nama alias sebagai Sang Hyang Nilakanta yang berarti lehernya biru.
    Setelah tirta amerta diperoleh, maka para dewa yang mati karena racun kalakuta dapat dihidupkan lagi.

    CANDRA

    Photobucket

    Batara Candra adalah salah seorang putera Batara Ismaya dengan ibunya bernama Dewi Kanastren, sedangkan istrinya berjumlah 27 orang. Mereka itu kakak beradik putera Sang Hyang Daksa. Dalam pewayangan dikatakan Batara Candra adalah dewa yang bertugas mengatur dan memelihara rembulan serta sinarnya.Batara Candra termasuk yang disebut-sebut dalam Hastabrata sebagai dewa yang harus diteladani sifat-sifatnya oleh raja yang bijaksana dan selalu bersikap menyenangkan orang banyak.Dalam sebuah kisah diceritakan ada seorang raja siluman gandarwa bernama Prabu Kala Rahu alias Rembuculung yang hendak mencuri Tirta Amerta. Kala Rahu bersembunyi di kegelapan malam, tetapi Batara Candra memergokinya dan melaporkan tempat persembunyiaan itu pada Batara Guru. Pemuka Dewa itu lalu mengutus Batara Wisnu menangkap Kala Rahu.
    Namun ketika hendak ditangkap, raja siluman itu melawan. Dengan senjata cakra, Batara Wisnu memotong kepala Kala Rahu. Tubuhnya jatuh terhempas ke bumi menjelma menjadi lesung penumbuk padi. Sementara itu kepalanya melayang-layang di angkasa menanti kesempatan membalas untuk menghukum Batara Candra.
    Itulah yang menimbulkan legenda gerhana rembulan, yang menyebabkan di masyarakat pedesaan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali, orang memukul-mukul lesung bila terjadi gerhana bulan, yang dipercaya untuk menghalau Kala Rahu.
     
    CINGKARALABA

    Photobucket

    Cingkara atau kadang-kadang disebut Cingkarabala adalah saudara kembar Balaupata. Mereka berdua adalah putera Begawan Bremani. Kakaknya yang sulung bernama Manumayasa. Berbeda dengan kakaknya yang lahir sebagai manusia biasa, Cingkara dan Balaupata berujud raksasa.Oleh Batara Guru, Cingkara dan Balaupata ditugasi untuk menjaga Selamatangkep, yaitu gerbang yang menuju ke kahyangan Suralaya. Mengenai siapa orang tua Cingkara dan Balaupata ada versi lain yang menyebutkan bahwa mereka bukan anak Bremani, melainkan anak Maharesi Gopatama, saudara kandung lembu Andini.







    TOKOH DEWA 4

     BREMANA

    Photobucket


    Bremana adalah putera Betara Brama dan mempunyai saudara laki-laki bernama Bremani. Sesudah dewasa Bremana akan di kawinkan dengan putri Betara wisnu (Dewi Srihunon), tetapi Bremana menolak dan atas permintaanya putri ini dikawinkan dengan saudara mudanya (Bremani). Perkawinan terlaksana dan dari perkawinan itu lahirlah seorang putera yang bernama Parikenan.
    Setelah Bremani mendapat putera itu, Dewi Srihunon, istrinya dikembalikan kepada mertuanya (Betara Wisnu) dengan alasan bahwa ia tidak bisa hidup bersama lagi dengan puteri itu. Kemudian Dewi Srihunon diperistrikan oleh Bremana.
    Bremana bermata jaitan, berhidung mancung, beroman muka tenang, berambut terurai gimbal dan segala pakaiannya serupa dengan Bremani.

     BREMANI


    Bremana Bremmani, Lakon ini oleh sebagian dalang disebut Bramana-Bramani, termasuk lakon pakem, tetapi akhir-akhir ini tidak populer. Kisahnya mengenai perkawinan putra Batara Brama, yakni Bramana dan Bramani dengan Dewi Sri Unon, putri Batara Wisnu.
    Pada mulanya Dewi Srihunon diperistri oleh Bambang Bremani, salah seorang putra Batara Brama. Dari perkawinan itu Dewi Srihunon melahirkan putra tunggal bernama Bambang Parikenan, nenek moyang Pandawa dan Kurawa.
    Setelah melahirkan Bambang Parikenan, Dewi Srihunon dikembalikan pada Batara Wisnu (mungkin, dalam istilah masa kini diceraikan), dan kemudian diperistri oleh Bambang Bremana, abang Bremani.
    Ketika Dewi Srihunon hendak diperistri Bremana, mulanya wanita itu menolak. Namun, setelah dibujuk oleh bekas suaminya, yaitu Bremani, akhirnya Dewi Srihunon bersedia menjadi istri Bremana.
    Dari perkawinannya dengan Prabu Bramana beberapa tahun kemudian Dewi Sri Unon melahirkan seorang putri cantik, Dewi Bremanawati, yang kemudian diperistri oleh Prabu Banjaranjali, raja Alengka.
    Lakon ini jarang dipentaskan.
    http://topmdi.net/republikwayang/?p=63



    Photobucket

    CAKRA

    Photobucket

    Batara Cakra atau Cakradewa adalah putera Sang Hyang Manikmaya atau Batara Guru dengan Batari Parwati. Batara Cakra berkedudukan di Kahyangan Ujung Semeru. Ia menjalankan tugas sebagai pujangga kahyangan, sedangkan Batara Ganesya atau Batara Gana bertugas menjaga Panti Pustaka Kahyangan.Oleh karena itu Batara Cakra dan Batara Gana sama-sama mempunyai tugas membina kesusastraan, sehingga Batara Gana sebagai lambang dewa kebijaksanaan bidang pendidikan, Batara Cakra sebagai lambang dewa kapujanggan.
    Karya Batara Cakra yang terkenal adalah Serat Pustaka Jamus Kalimasada dan Jitapsara. Jamus Kalimasada dianugerahkan kepada Puntadewa, Jitapsara dianugerahkan kepada Begawan Palasara.

    TOKOH DEWA 3

    BASUKI 


    Photobucket




    BATHARA BASUKIdikenal pula dengan nama Bathara Wasu. Ia adalah putra Bathara Wismanu, keturunan dari Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Bathara Basuki adalah Dewa keselamatan yang berwujud ular putih. Karena ketekunannya bertapa, ia mendapat anugrah dewata berupa Aji Kawrastawan, sehingga dapat beralih rupa menjadi manusia dan dapat beradat-istiadat serta berbicara seperti manusia.Bathara Basuki menjelma kepada satria yang berjiwa selamat/basuki yaitu Prabu Baladewa/Kakrasana, raja negara Mandura yang berkulit putih, sebagai lambang kesucian atau keselamatan, terlepas dan terluput dari segala keburukan dan kesalahan. Bathara Basuki menjelma dalam tubuh Prabu Baladewa sebagai balas jasa atas kebajikan yang pernah dilakukan oleh Prabu Baladewa menyelanmatkan dirinya yang berwujud ular dari kematian di hutan Krendayana.
    Dengan penitisan Bathara Basuki, sehingga pada masa tuanya, Prabu Baladewa terhindar dari pertikaian keluarga yang berperang dalam Bharatayuda.
    Setelah keturunan Yadawa lenyap dan Prabu Baladewa akan meninggal, Bathara Basuki keluar dari tubuh Kakrasana/Prabu Baladewa melalui mulutnya, dijemput oleh para naga, diantaranya Naga Taksaka, Kumuda, Mandarika, Hreda, Durmuka, Praweddi, kembali ke patala.
    (Website Senawangi)

    BAYU 



    Photobucket

    BAYU, BATARA disebut pula Hyang Pawaka ‘angin’. Dewa Bayu melambangkan kekuatan. Ia putra keempat Sanghyang Manikmaya, Raja Tribuana dengan Permaisuri Dewi Umayi. Karena Sanghyang Manikmaya menitis pada Semar, otomatis Batara Bayu juga diaku sebagai anak Semar. Sanghyang Bayu mempunyai lima orang saudara kandung masing-masing bernama: Batara Sambo, Batara Brahma, Batara Indra, Batara Wisnu, dan Batara Kala.Ia juga mempunyai tiga orang saudara lain ibu yaitu; Batara Cakra, Batara Mahadewa, dan Batara Asmara dari ibu Dewi Umarakti.Menurut wujud rupa wayangnya, Batara Bayu mencerminkan wataknya yang gagah berani, kuat, teguh, bersahaja, pendiam dan mempunyai kekuatan yang dahsyat. Ia tinggal di Kahyangan Panglawung, menikah dengan Dewi Sumi, putri Batara Soma, dan berputra empat orang masing-masing bernama: Batara Sumarma, Batara Sangkara, Batara Sudarma, dan Batara Bismakara.
    (Rupa & Karakter Wayang Purwa oleh Heru S. Sudjarwo)

    BRAHMA 


    Photobucket



    Batara Tempat : Kayangan Deksina di dalam pedalangan sering disebut kayangan ArgadahanaAyah : Batara Guru
    Istri : Dewi Saraswati
    Ibu : Batari Uma
    Kesaktian : Dewa yang menguasai api
    Batara Brama pernah memberikan pusaka Alugara dan Nanggala kepada raden Kakrasana pada saat ia bertapa di pertapaan Arsonya. Maka seolah-olah Hyang Brama adalah guru dari raden Kakrasana. maka kalau kita lihat bentuk wayang Prabu Baladewa, raden Kakrasana mirip dengan bentuk wayang Batara Brama.
    Batara Brama selalu atau sering mengikuti perjalanan Batara Guru ke Ngarcapada/Bumi menjelma menjadi raja seberang dengan nama misal prabu Dewa Pawaka atau yang lain.Hal ini dapat digagalkan oleh Semar. Sehingga kehendaknya ingin memusnahkan Pandawa atau membuat onar dunia tidak berhasil. Juga dapat dilihat dalam lakon lahirnya Wisanggeni.
    Tujuan Batara Drama akan mengawinkan putrinya Dewi Dresanala dengan Dewa Srani serta menceraikan radaen Arjuna. Hal ini dapat digagalkan oleh Semar dan para Pandawa. Jadi kesimpulannya bahwa semua ulah dewa jika salah akan kalah oleh tindakan manusia yang benar.

    Senin, 02 Januari 2012

    ARJUNA

    Di Nusantara, tokoh Arjuna juga dikenal dan sudah terkenal dari dahulu kala. Arjuna terutama menjadi populer di daerah JawaBaliMadura, danLombok. Di Jawa dan kemudian di Bali, Arjuna menjadi tokoh utama dalam beberapa kakawin, seperti misalnya Kakawin ArjunawiwāhaKakawin Pārthayajña, dan Kakawin Pārthāyana (juga dikenal dengan nama Kakawin Subhadrawiwāha. Selain itu Arjuna juga didapatkan dalam beberapa relief candi di pulau Jawa misalkan candi Surowono.

    Arjuna dalam dunia pewayangan Jawa

    Arjuna juga merupakan seorang tokoh ternama dalam dunia pewayangan dalam budaya Jawa Baru. Di bawah ini disajikan beberapa ciri khas yang mungkin berbeda dengan ciri khas Arjuna dalam kitab Mahābhārata versi India dengan bahasa Sansekerta.

    Sifat dan kepribadian

    Arjuna seorang kesatria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu. Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi brahmana di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa untuk membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra, bergelar Prabu Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain: Gendewa (dari Bhatara Indra), Panah Ardadadali (dari Bhatara Kuwera), Panah Cundamanik (dari Bhatara Narada).


    Arjuna memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Setelah perang Bharatayuddha, Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata. Akhir riwayat Arjuna diceritakan, ia moksa (mati sempurna) bersama keempat saudaranya yang lain di gunung Himalaya.
    Ia adalah petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh ramping berparas rupawan sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski berkemauan baja, kesatria dengan segudang istri dan kekasih meski mampu melakukan tapa yang paling berat, seorang kesatria dengan kesetiaan terhadap keluarga yang mendalam tapi kemudian mampu memaksa dirinya sendiri untuk membunuh saudara tirinya. Bagi generasi tua Jawa, dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda dengan Yudistira, dia sangat menikmati hidup di dunia. Petualangan cintanya senantiasa memukau orang Jawa, tetapi secara aneh dia sepenuhnya berbeda dengan Don Juan yang selalu mengejar wanita. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga para puteri begitu, juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka. Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia sangat berbeda denganWrekudara. Dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh orang Jawa berbagai generasi.

    Pusaka

    Arjuna juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain: Keris Kiai Kalanadah diberikan pada Gatotkaca saat mempersunting Dewi Pergiwa (putra Arjuna), Panah Sangkali (dari Resi Drona), Panah Candranila, Panah Sirsha, Panah Kiai Sarotama, Panah Pasupati (dari Batara Guru), Panah Naracabala, Panah Ardhadhedhali, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni (diberikan pada Abimanyu), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyakJayengkaton (pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani) dan Kuda Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna antara lain: PanglimunanTunggengmayaSepiangin, Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama. Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu Kampuh atau Kain Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu Ekalaya, raja negara Paranggelung).


    Photobucket

    Istri dan keturunan

    Dalam Mahabharata versi pewayangan Jawa, Arjuna mempunyai banyak sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan atas jasanya ataupun atas keuletannya yang sekaku berguru kepada banyak pertapa. Berikut sebagian kecil istri dan anak-anaknya:
    1. Dewi Subadra, berputra Raden Abimanyu;
    2. Dewi Sulastri, berputra Raden Sumitra;
    3. Dewi Larasati, berputra Raden Bratalaras;
    4. Dewi Ulupi atau Palupi, berputra Bambang Irawan;
    5. Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti;
    6. Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka;
    7. Dewi Dresanala, berputra Raden Wisanggeni;
    8. Dewi Wilutama, berputra Bambang Wilugangga;
    9. Dewi Manuhara, berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati;
    10. Dewi Supraba, berputra Raden Prabakusuma;
    11. Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa;
    12. Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada;
    13. Dewi Maheswara;
    14. Dewi Retno Kasimpar;
    15. Dewi Dyah Sarimaya;
    16. Dewi Srikandi.

    Julukan

    Dalam wiracarita Mahabharata versi nusantara, Arjuna banyak memiliki nama dan nama julukan, antara lain: Parta (pahlawan perang), Janaka(memiliki banyak istri), Pemadi (tampan), DananjayaKumbaljaliCiptaning Mintaraga (pendeta suci), PandusiwiIndratanaya (putra Batara Indra),Jahnawi (gesit trengginas), PalgunaIndrasutaDanasmara (perayu ulung) dan Margana (suka menolong). “Begawan Mintaraga” adalah nama yang digunakan oleh Arjuna saat menjalani laku tapa di puncak Indrakila dalam rangka memperoleh senjata sakti dari dewata, yang akan digunakan dalam perang yang tak terhindarkan melawan musuh-musuhnya, yaitu keluarga Korawa.

    Nama lain

    Nama lain Arjuna di bawah ini merupakan nama lain Arjuna yang sering muncul dalam kitab-kitab Mahabharata atau Bhagawad Gita yang merupakan bagian daripadanya, dalam versi bahasa Sanskerta. Nama-nama lain di bawah ini memiliki makna yang sangat dalam, mengandung pujian, dan untuk menyatakan rasa kekeluargaan (nama-nama yang dicetak tebal dan miring merupakan sepuluh nama Arjuna).


    1. Anagha (Anaga, yang tak berdosa)
    2. Bhārata (Barata, keturunan Bhārata)
    3. Bhārataśreṣṭha (Barata-sresta, keturunan Bhārata yang terbaik)
    4. Bhāratasattama (Bharata-satama, keturunan Bhārata yang utama)
    5. Bhārataśabhā (Barata-saba, keturunan Bharata yang mulia)
    6. Dhanañjaya (perebut kekayaan)*
    7. Gandīvi (Gandiwi, pemilik Gandiwa, senjata panahnya)
    8. Gudakeśa (penakluk rasa kantuk, yang berambut halus)
    9. Jishnu (hebat ketika marah)*
    10. Kapidhwaja (yang memakai panji berlambang monyet)
    11. Kaunteya / Kuntīputra (putra Dewi Kunti)
    12. Kīrti (yang bermahkota indah)*
    13. Kurunandana (putra kesayangan dinasti Kuru)
    14. Kurupravīra (Kuru-prawira, perwira Kuru, ksatria dinasti Kuru yang terbaik)
    15. Kurusattama (Kuru-satama, keturunan dinasti Kuru yang utama)
    16. Kuruśṛṣṭha (Kuru-sresta, keturunan dinasti Kuru yang terbaik)
    17. Mahābāhu (Maha-bahu, yang berlengan perkasa)
    18. Pāṇḍava (Pandawa, putra Pandu)
    19. Parantapa (penakluk musuh)*
    20. Pārtha (keturunan Partha atau Dewi Kunti)*
    21. Phālguna (yang lahir saat bintang Uttara Phalguna muncul)*
    22. Puruṣaṛṣabhā (Purusa-rsaba, manusia terbaik)
    23. Sawyaśachī (Sawya-saci, yang mampu memanah dengan tangan kanan maupun kiri)*
    24. Śwetawāhana (Sweta-wahana, yang memiliki kuda berwarna putih)*
    25. Wibhatsu (yang bertarung dengan jujur)*
    26. Wijaya (yang selalu memenangkan setiap pertempuran)*



    Selasa, 10 Januari 2012

    TOKOH DEWA 12

    KALAYUWANA


    Photobucket

    BATHARA KALAYUWANA adalah putra ke-tiga dari lima bersaudara putra Btahara Kala dengan Bathari Durga dari kahyangan Setragandamayit. Ke-empat saudaranya yang lain adalah Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati — menikah dengan Ditya Rudramurti mempunyai anak lelaki (berujud raksasa) yang diberi nama Wisnungkara, yang kemudian menurunkan para raja raksasa, diantaranya Arya Kunjarakresna yang berputra Prabu Yudakalakresna serta Arya Singamulangjaya, raja dan patih negara Dwarawati — , Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea.
    Sebagaimana anak Bathara Kala yang lain, Bathara Kalayuwana juga memiliki sifat perwatakan ; berangasan, tinggi hati, serakah dan mau menang dan benarnya sendiri.
    Akibat dari sifat berangasan dan kesombongan Bathara Kalayuwana perang besar pernah terjadi di Suralaya, antara para dewa melawan pasukan raksasa dan para siluman dari Setragandamayit. Peperangan terjadi sebagai akibat kemaraan Bathara Kalayuwana yang tidak dapat menerima penolakan Bathara Guru atas pinangannya terhadap Dewi Gagarmayang. Perang baru berakhir setelah Sanghyang Brahma turun ke arcapada untuk meminta bantuan Resi Kiswabrisma, cucu buyut Dewi Brahmanisri dengan Garuda Aruni/Garuda Briawan. Dewi Brahmanisri adalah putrid sulung Sanghyang Brahma dengan Dewi Raraswati. Dalam peperangan tersebut Resi Kiswabriswa berhasil mengalahkan Bathara Kalayuwana dan mengusir pasukan raksasa dan para siluman dari Jonggringsaloka.
    Sumber : Senawangi
    KAMAJAYA


    Photobucket

    BATHARA KAMAJAYA mempunyai wajah sangat tampan. Ia merupakan makhluk yang berwajah paling tampan di Tribuana (jagad Mayapada, Madyapada dan Arcapada). Bersama isterinya, Dewi Ratih/Kamaratih, putri Bathara Soma, kedua suami-istri tersebur merupakan lambang kerukunan suami-istri di jagad raya. Mereka terkenal sangat rukun, tidak pernah berselisih, sangat setia satu sama lain dan cinta mencintai.
    Bathara Kamajaya adalah putra kesembilan dari kesepuluh orang saudara kandung putra Bathara Ismaya dengan  Dewi Senggani. Kesembilan orang saudaranya masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Kuwera, Bathara Candra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Surya dan Dewi Darmanesti.
    Bathara Kamajaya bertempat tinggal di Kahyangan Cakrakembang. Ia memiliki senjata pamungkas berupa panah sakti bernama Kyai Pancawisaya. Bathara Kamajaya pernah ditugaskan oleh Sanghyang Manikmaya untuk menurunkan Wahyu Cakraningrat kepada Raden Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra, sebagai pasangan Wahyu Hidayat yang diturunkan oleh Dewi Ratih kepada Dewi Utari, putri Prabu Matswapati, raja negara Wirata. Bathara Kamajaya sangat sayang kepada Arjuna, dan selalu membantu serta melindunginya bila Arjuna menghadapi suatu permasalahan dan marabahaya.
    Sebagai makhluk yang berwujud “akyan” hidup Bathara Kamajaya bersifat abadi.
    Sumber : Senawangi
    KAMARATIH

    Photobucket


    DEWI RATIH atau Dewi Kamaratih, adalah putri Bathara Soma, putra Sanghyang Pancaresi yang berarti keturunan Sanghyang Wening, adik Sanghyang Wenang. Dewi Ratih menikah dengan Bathara Kamajaya, putra kesembilan Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Ia bertempat tinggal di Kahyangan Cakrakembang.
    Dewi Ratih berwajah sangat cantik, memiliki sifat dan perwatakan; sangat setia dan cinta kasih, murah hati, baik budi, sabar dan sangat berbakti terhadap suami. Bersama suaminya Bathara Kamajaya, suami-istri tersebut merupakan lambang kerukunan suami-istri di jagad raya. Karena kerukunannya dan cinta kasihnya satu dengan yang lain.
    Dewi Ratih pernah ditugaskan oleh Sanghyang Manikmaya untuk menurunkan Wahyu Hidayat kepada Dewi Utari, putra bungsu Prabu Matswapati raja negara Wirata dengan permaisuri Dewi Ni Yutisnawati/ Setyawati. Wahyu Hidayat diturunkan sebagai pasangan Wahyu Cakraningrat yang diturunkan Bathara Kamajaya kepada Raden Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra.
    Sebagaimana halnya para dewa lainnya, hidup  Dewi Ratih pun bersifat abadi, tidak mengenal kematian.
    Sumber : Senawangi

    Sabtu, 07 Januari 2012

    TOKOH DEWA 11

    KALA 



    Photobucket

    Photobucket


    BATHARA KALA adalah putra yang ke-enam/putra bungsu Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Dewi Umayi. Ia satu – satunya yang berwujud raksasa dari ke-enam saudara kandungnya, karena ia tercipta dari “kama salah” Sanghyang Manikmaya yang jatuh ke dalam samodra dan menjelma menjadi bayi rakasasa. Ke-lima kakak kandungnya masing-masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu dan Sanghyang Wisnu. Bathara Kala juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umakarti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
    Bathara Kala bertempat tinggal di Kahyangan Selamangumpeng. Ia menikah dengan Dewi Pramuni, ratu penguasa makhluk siluman yang berkahyangan di Setragandamayit. Dari perkawinan tersebut Bathara Kala memperoleh lima orang putra masing-masing bernama; Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati, Bathara Kalayuwana, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea.
    Bathara Kala sangat  sakti sejak bayi. Ketika mengamuk di Suralaya, ia hanya bisa ditaklukan oleh Sanghyang Manikmaya dengan Aji Kemayan. Kedua taringnya dipotong, yang kanan menjadi keris Kalanadah dan yang kiri menjadi keris Kaladite. Selain Sanghyang Manikmaya, hanya Sanghyang Wisnu yang dapat mengalahkan Bathara Kala.
    Meskipun sakti, Bathara Kala sangat dungu dan tak pernah mulai mengadakan persoalan ataupun peperangan. Ia kerap kali bertindak salah tetapi tidak disengaja, hanya kerena kebodohannya. Bathara Kala akan membela diri dan haknya apabila diserang atau dianiaya. Membunuh makhluk lain tidak untuk kesenangan, tetapi karena kebutuhan untuk membela kehidupan. Bathara kala lazim dipergunakan sebagai lambang keangkaramurkaan.
    Sumber : Senawangi
    KALAGUMARANG




    Photobucket
    BATHARA KALAGUMARANG adalah putra Bathara Kalakeya, yang berarti cucu Bathari Durga/Dewi Pramuni dengan Bathara Kala, dari kahyangan Setragandamayit. Bathara Kalagumarang diperintahkan oleh Sanghyang Manikmaya untuk turun ke Arcapada mencari seperangkat gamelan ketoprak. Benda tersebut sangat diperlukan oleh Sanghyang Manikmaya untuk memenuhi permintaan Dewi Tisnowati, wanita yang tercipta dari Cupu Retnadumilah milik Sanghyang Kanekaputra yang jatuh ke dalam rongga mulut Hyang Anantaboga.Kerena mendapat wewenang untuk berbuat apa saja sesuai kehendaknya, dalam perjalannya Bathara Kalagumarang selalu membuat keonaran. Setiap dewa yang ditemuinya di perjalanan dihajarnya. Ia juga merusak perkampungan penduduk dan membunuh orang-orang yang tak berdosa.Tindakannya itu menimbulkan banyak kekacauan di Arcapada.
    Pada suatu saat Bathara Kalagumarang bertemu dengan Dewi Sri, istri Sanghyang Wisnu. Ia langsung mengejarnya dan bermaksud untuk memperistrinya. Perbuatannya itu diketahui Sanghyang Wisnu yang mengutuknya menjadi babi hutan.
    Mengetahui wujudnya berubah menjadi babi hutan, Bathara Kalagumarang semakin marah dan beringas. Ia terus mengejar-ngejar Dewi Sri yang akhirnya sampai di negara Medangkamulan. Bathara Kalagumarang akhirnya mati dipanah oleh Prabu Makukuhan, yang sesungguhnya penjelmaan Bathara Srigati, putra Sanghyang Wisnu dengan Dewi Srisekar/Sri Widowati.
    KALARAHU




    Photobucket

    KALARAHU adalah makhluk berwujud raksasa anak maharsi Kasyapa dengan Dewi Sinhika. Kalarahu mempunyai saudara tunggal ibu yaitu Sucandra, Candrahantri dan Candrapramardana.
    Kalarahu sangat membenci Batara Surya dan Batara Candra sehingga sering matahari dan bulan ditelan olehnya sehingga menimbulkan gerhana matahari dan bulan. Latar belakang kebencian itu adalah bermula dari pencarian tirta amerta oleh para dewa. Tirta amerta adalah air suci yang jika diminum akan melanggengkan umur, kalis dari kematian dan menjadi makhluk abadi. Kalarahu menyusup diantara rombongan dewa yang mengantri untuk meminumnya.
    Tepat ketika air di teguknya, Batara Surya dan Batara Candra meneriakinya bahwa dia adalah penyusup.  Mengetahui hal tersebut Batara Wisnu langsung melemparkan senjata cakra dan seketika kepala Kalarahu langsung terpenggal meninggalkan badannya. Badan Kalarahu jatuh ke bumi  dan kemudian berubah menjadi lesung penumbuk padi. Sementara karena telah berhasil meminum tirta amerta, maka kepala Kalarahu tidak mati dan melesat dan mengembara ke angkasa.

    TOKOH DEWA 10

    INDRA 

    Photobucket

    INDRA, BATARA adalah dewa keindahan dan dewa prajurit yang memerintah dan mengepalai para hapsari atau bidadari di kahyangan kainderan. Dia adalah putra ketiga dari Sang Hyang Manikmaya dengan permaisuri Dewi Umayi. Batara Indra mempunyai 5 saudara sekandung yaitu Sang Hyang Sambo, Sang Hyang Brahma, Sang Hyang Bayu, Sang Hyang Wisnu dan Batara Kala. Ia juga mempunyai 3 orang saudara seayah lain Ibu, putra Dewi Umarakti yaitu Sang Hyang Cakra, Sang Hyang Mahadewa dan Sang Hyang Asmara.Sang Hyang Indra sangat sakti, apabila tiwikrama mempunyai wibawa halilintar. Ia mempunyai kendaraan gajah yang sangat besar bernama Erawana.Sang Hyang Indra tinggal di kahyangan Rinjamaya dan menikah dengan Dewi Wiryati yang menghasilkan 7 anak yaitu Dewi Tara, Dewi Tari, Batara Citrarata, Batara Citragana, Batara Jayantaka, Batara Jayantara dan Batara Harjunawangsa.


    IRIMIRIN


    Photobucket
    DEWI IRIMIRIN dikenal pula dengan nama Dewi Surendra (pedalangan Jawa), yang mempunyai arti “Seorang yang nafsu birahinya (semangat keseksualannya) amat besar.”Dewi Irimirin adalah salah seorang diantara bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari tujuh orang, yaitu Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Irnimirin, Dewi Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru, Dewi Warsiki dan Dewi Wilutama.
    Karena kecantikannya Dewi Irimirin pernah menimbulkan peperangan hebat amtara Suralaya dengan negara Nusahambara. Prabu Kalimantara, raja raksasa negara tersebut mengutus kedua senapati perangnya Arya Dadali dan Arya Sarotama untuk melawar Dewi Irimirin.
    Karena lamarannya ditolak para dewa, Prabu Kalimantara mengerahkan angkatan perangnya untuk menyerang Suralaya. Angkatan perang dewa tidak dapat membendung serangan negara Nusahambara. Kesaktian Prabu Kalimantara, Arya Dadali dan Arya Sarotama tidak terkalahkan oleh para dewa.Dewa kemudian minta bantuan Bambang Sakutrem, putra Resi Manumayasa dari pertapaan Retawu untuk menghadapinya.
    Dengan kesaktiannya, Sakutrem berhasil membinasakan Prabu Kalimantara, Arya Dadali dan Sarotama yang kemudian berubah wujud menjadi pusaka-pusaka kadewatan berupa ; Jamus Kalimasada, panah Ardadadali dan panah Sarotama. Dengan peristiwa tersebut.Dewi Irimirin merupakan bidadari pertama yang menjadi awal mula turunnya pusaka-pusaka kadewatan diberikan kepada umat arcapada
    ISMAYA


    Photobucket

    Photobucket

    SANGHYANG ISMAYA adalah putra kedua Sanghyang Tunggal dengan Dewi Wirandi/Rekatawati, putri Prabu Yuyut/Resi Rekatama, raja Samodralaya. Ia mempunyai dua saudara kandung bernama Sanghyang Tejamaya/Sanghyang Antaga dan Sanghyang Manikmaya. Sanghyang Ismaya juga mempunyai tiga orang saudara kandung seayah lain ibu, putra Dewi Darmani, putri Sanghyang Darmayaka dari Selong, masing-masing bernama ;  Sanghyang Rudra/Dewa Esa, Sanghyang Dewanjali dan Sanghyang Darmastuti.
    Sanghyang Ismaya dikenal pula dengan nama Sanghyang Punggung (Purwakanda). Ia menikah dengan Dewi Senggani, putri  Sanghyang Wening. Dari perkawinan tersebut ia mendapatkan 10 orang putra masing-masing bernama ; Bathara Wungkuam, Bathara Tembora, Bathara Kuwera, Bathara Wrahaspati, Bathara Syiwah, Bathara Surya, Bathara Chandra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Bathari Darmastutri
    Sanghyang Ismaya berwajah tampan. Suatu ketika ia berkelahi dengan Sanghyang Tejamaya karena memperebutkan siapa yang tertua diantara mereka dan yang berhak menjadi raja Tribuana. Akibatnya wajah mereka menjadi jelek. Oleh Sanghyang Tunggal mereka diberitahu, bahwa dahulu mereka lahir berwujud telor. Yang tertua Sanghyang Tejamaya  (tercipta dari kulit telur| kemudian Sanghyang Ismaya (tercipta dari putih telur) dan Sanghyang Manikmaya yang tercipta dari kuning telur.
    Karena kesalahannya itu, Sanghyang Ismaya dan Sangyang Tejamaya harus turun ke Marcapada. Sanghyang Tejamaya mendapat tugas memberi tuntunan para angkara dan berganti nama menjadi Togog. Batahara Ismaya mendapat tugas  menjadi pamong trah Witaradya. Ia turun ke pertapaan Paremana menjelma pada cucu nya sendiri, Smara/Semar putra Bathara Wungkuam, yang menjadi saudara ipar Resi Manumayasa.
    Sumber : Senawangi

    TOKOH DEWA 9

    GANESA

    Photobucket

    Batara Ganesa disebut juga Batara Ganapati atau Batara Gana, dianggap sebagai Dewa Pendidikan, Sastra,dan Penyebar Ilmu Pengetahuan. Ia adalah anak Batara Guru dari Dewi Umaranti, yang tinggal di kahyangan Glugutinatar.Batara Ganesa lahir tidak dalam bentuk manusia, melainkan dalam ujud menyerupai gajah, lengkap dengan gading dan belalainya. Hal ini terjadi karena sesaat setelah Batara Guru dan Dewi Uma saling bercumbu kasih, para dewa datang menghadap. Di antara mereka yang datang menghadap adalah Batara Endra yang mengendarai Gajah Airawata. Gajah itu luar biasa besar, sehingga membuat takjub dan kaget Dewi Uma, yang saat itu lagi mengandung. Karena ketakjubannya itu, maka kemudian Dewi Umaranti melahirkan putera yang bentuk dan wajahnya mirip sekali dengan gajah.
    Bayi gajah Ganesa ternyata juga memiliki kesaktian luar biasa. Ia dapat mengalahkan raja raksasa Nilarudraka dari kerajaan Glugutinatar, yang datang menyerbu kahyangan. Ketika itu raja raksasa gandarwa itu mengamuk karena lamarannya pada Dewi Gagarmayang ditolak. Setelah dikalahkan, Glugutinatar dijadikan kahyangannya.
    Dalam pewayangan, pada lakon Batara Brama Krama, Batara Ganesa pernah diruwat oleh Batara Brama sehingga ujudnya menjadi dewa yang tampan, tidak lagi berkepala gajah. Setelah ujudnya berubah, Batara Ganesa dikenal dengan sebutan Batara Mahadewa. Menurut Adiparwa, yaitu bagian pertama dari Mahabarata, Ganesa juga berjasa menjadi juru tulis Empu Wyasa yang mengarang kitab Mahabarata itu. Nama lain Batara Ganesa adalah Ganapati, Lambakarna, Gajanana, Karimuka dan Gajawadana.

    GANGGA


    Photobucket
    GANGGA, BATARI disebut juga Batari Ganggawati, Dewi Angga, Dewi Jahnawi, Dewi Jumpini. Dia adalah istri pertama Prabu Santanu, raja negri Astina. Sebenarnya dia adalah seorang bidadari yang terkena kutukan dewa sehingga harus menjalani hidup di dunia.


    BATARA GURU 






    Photobucket

    GURU, BATARA atau juga disebut Sang Hyang Manikmaya adalah putra ketiga Sang Hyang Tunggal dengan Dewi Wirandi/Rekatawati, putri Prabu Yuyut/Resi Rekatama, Raja Samodralaya. Dia mempunyai 2 saudara kandung yaitu Sang Hyang Tejamaya/Antaga dan Sang Hyang Ismaya. Batara Guru juga mempunyai 3 orang saudara seayah lain ibu putra Dewi Darmani, putri Sang Hyang Darmayaka dari Selong, yaitu : Sang Hyang Rudra/Dewa Esa, Sang Hyang Dewanjali dan Sang Hyang Darmastuti.
    Batara Guru mempunyai 27 nama gelar, tapi yang dikenal diantaranya : Sang Hyang Jagadnata, Sang Hyang Jagadpratingkah, Sang Hyang Pramesti Guru, Sang Hyang Siwa, Sang Hyang Girinata. Dalam dunia pewayangan Sang Hyang Manikmaya mempunyai kekuasaan tertinggi. Ia menguasai 3 lapisan jagat raya yaitu : Mayapada (dunia kadewatan), Madyapada (dunia makhluk halus) dan Arcapada (dunia manusia di bumi).
    Batara Guru tinggal di kahyangan Jong Giri Kelasa (dalam pewayangan sering disebut Jonggring Salaka atau Suralaya). Ia beristri Dewi Uma atau Umayi yang sangat cantik jelita dan sakti. Awalnya Dewi Uma tidak bersedia diperistri, kecuali apabila Batara Guru berhasil menangkapnya. Berkali-kali usaha dilakukan Guru untuk memenuhi keinginan itu dengan menangkap Dewi Uma namun selalu gagal karena “kelicinan” gerak Dewi Uma. Hingga setelah sekian lama belum berhasil maka Batara Guru memohon kepada Hyang Wenang, kakeknya, agar ia diberi tambahan sepasang tangan lagi untuk mempermudah menangkap Dewi Uma. Setelah terkabul dan tangan Batara Guru berubah menjadi empat, maka Dewi Uma berhasil ditangkapnya dan kemudian menjadi istrinya. Karena bertangan empat inilah maka Batara Guru sering disebut Sang Hyang Caturbuja.

    Jumat, 06 Januari 2012

    TOKOH DEWA 8

    DURGA

    Photobucket

    BATARI DURGA, sebenarnya pada mulanya adalah istri Batara Guru. Yakni waktu ia masih berwajah cantik, dan masih bernama Dewi Uma atau Dewi Umayi. Suatu sore menjelang senja, Batara Guru dan Dewi Uma pergi menghibur diri menunggang Lembu Andini mengangkasa melihat-lihat pemandangan alam. Di atas lautan dekat Nusakambangan, sewaktu angin menyingkap kain yang dikenakan Dewi Uma, Batara Guru tergiur melihat betis istrinya. Ia lalu merayu Dewi Uma dan mengajaknya memadu kasih saat itu juga di atas punggung Lembu Andini.Namun Dewi Uma menolak ajakan itu karena merasa hal itu sangat tidak pantas. Batara Guru tidak menghiraukan penolakan istrinya, dan terus berusaha merayu, sedangkan Dewi Uma terus berusaha menghindar.Akhirnya, karena tak lagi dapat menahan hasratnya, keluarlah (mani) Batara Guru, jatuh ke laut.
    Penolakan Dewi Uma membuat Batara Guru kesal dan marah. Sepulangnya di kahyangan mereka bertengkar. Apalagi secara diam-diam Lembu Andini kemudian saling memanas-manasi mereka.
    Dalam keadaan marah Dewi Uma mengatakan: “Perbuatan seperti tadi Kakanda hanya pantas dilakukan oleh makhluk yang bertaring panjang….” Karena Dewi Uma memiliki kesaktian tinggi, apa yang diucapkannya itu kemudian terjadi.Bukan main marah Batara Guru setelah menyadari taringnya tumbuh menjadi panjang. Tanpa berpikir lagi ia segera membalas mengutuk Dewi Uma menjadi seorang raseksi.
    Setelah saling kutuk mengutuk itu keduanya sama-sama menyesal. Karena Dewi Uma telah terlanjur berubah ujud menjadi raksasa, maka Batara Guru menganggapnya tidak pantas lagi menjadi istrinya.
    Karena itu Batara Guru lalu menukar badan jasmaninya dengan tubuh Sang Hyang Permoni yang cantik tetapi berhati dengki dan culas. Sedangkan jiwa Sang Hyang Permoni dimasukkan ke tubuh Dewi Uma yang telah berujud raksasa itu, dan diberi nama Batari Durga.
    Beberapa saat kemudian datanglah makhluk ganas yang berasal dari kama benih Batara Guru yang jatuh ke laut itu. Makhluk ini mengamuk di kahyangan lalu mengajukan tiga tuntutan, yakni minta diakui sebagai anak, diberi nama, dan diberi istri. Tuntutan ini dikabulkan Batara Guru. Makhluk itu diberi nama Batara Kala, dan diberi istri Batari Durga. Mereka diberi tempat di Kahyangan Setra Gandamayit, di Hutan Krendawahana. Di tempat ini mereka berkuasa atas segala macam jin, gandarwa, hantu, dan makhluk halus lainnya.
    Dalam pewayangan, Batari Durga menjadi sesembahan oleh mereka yang memiliki sifat suka mengambil jalan pintas. Burisrawa, misalnya, menyembah dan mohon pertolongan Batari Durga ketika ia tidak dapat membendung rasa rindunya pada Dewi Subadra, istri Arjuna. Dengan bantuan Batari Durga, Burisrawa dapat masuk ke Kasatrian Madukara tanpa diketahui dan kemudian nyaris dapat menodai Subadra. (Lakon Sembadra Larung) Lesmana Mandrakumara, putra sulung Prabu Anom Duryudana, juga pernah minta bantuan Batari Durga agar dapat mempersunting Dewi Pregiwati, putri Arjuna. Walaupun Durga membantunya, usaha ini gagal dan Dewi Pregiwati menjadi istri Pancawala, putra Prabu Yudistira.
    Kelak, menjelang pecah Baratayuda, Batari Durga pernah dimintai tolong oleh Dewi Kunti, agar membinasakan gandarwa Kalantaka dan Kalanjaya. Kedua gandarwa sakti itu mengancam keselamatan Pandawa, karena mereka hendak membantu Kurawa. Batari Durga bersedia memenuhi permintaan Kunti, dengan syarat ibu para Pandawa itu harus menyerahkan Sadewa sebagai kurban. Dewi Kunti tidak sanggup memenuhi permintaan Betari Durga itu. Namun ternyata akhirnya Batari Durga dapat pulih kembali menjadi bidadari cantik setelah diruwat oleh Sadewa, salah seorang si kembar dari keluarga Pandawa. Sadewa sanggup meruwat Batari Durga setelah tubuhnya disusupi oleh Batara Guru. Peristiwa itu dikisahkan dalam lakon Sudamala atau Murwakala.
    Walaupun pada Wayang Purwa tokoh Batari Durga sering dilukiskan jahat, bengis, dan menakutkan, beberapa sekte agama di India, terutama di wilayah utara, Durga dipuja sebagai dewi pelindung. Mereka percaya Durga adalah Dewi Penolong bagi orang yang sedang terkena musibah atau menderita karena suatu perlakuan yang tidak adil. Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, tokoh Batari Durga digambarkan dengan tiga wanda, yakni wanda Gidrah, wanda Wewe, dan wanda Gedrug.

    DWAPARA





    Photobucket
    Batara Dwapara adalah dewa berhati culas, iri dan dengki, sering memfitnah para dewa lainnya. Karena sifat-sifatnya yang buruk itu tidak juga berkurang, ia diusir dari kahyangan lalu dikutuk oleh Sang Hyang Tunggal untuk turun ke dunia guna melampiaskan sifat buruknya. Akibat kutukan Sang Hyang Tunggal itu, Batara Dwapara terpaksa turun ke dunia dan menitis ke seorang bayi, putera Prabu Suwala, Raja Plasajenar.Bayi itu adalah Arya Suman yang setelah dewasa mempunyai nama alias Sengkuni.Kutukan itu diterima Batara Dwapara sewaktu ia diketahui oleh para dewa lainnya telah memfitnah Batara Bayu. Itu pula sebabnya, Patih Sengkuni memiliki watak buruk sebagai tukang fitnah dan dengki. Dan itu pula sebabnya, Bima sebagai anak Batara Bayu amat geram terhadap Sengkuni.

    GAGAR MAYANG

    Photobucket

    GAGARMAYANG, BATARI adalah bidadari keturunan Sang Hyang Triyarta. Ia mempunyai saudara kembar bernama Batari Prabasini. Meskipun memiliki bentuk badan ceking, namun karena kecantikan dan daya sensualnya yang tinggi, Batari Gagarmayang oleh Sang Hyang Manikmaya ditetapkan sebagai salah stau dari 7 bidadari upacara di Suralaya. Bidadari lainnya adalah Batari Supraba, Dewi Lenglengdanu, Batari Irimirin, Batari Tunjungbiru, Batari Warsiki dan Batari Wilutama.
    Dalam kisah Arjuna Wiwaha, Batari Gagarmayang pernah diturunkan ke dunia bersama keenam bidadari suralaya lainnya melaksanakan perintah Sang Hyang Indra untuk menggagalkan konsentrasi Arjuna yang sedang bertapa di Goa Mintaraga di lereng Gunung Indrakila.
    Mereka gagal dalam tugasnya karena Arjuna tetap konsisten dengan tapanya dan tidak terpengaruh sama sekali atas godaan sensualitas dari bidadari-bidadari nan jelita itu. Malah justru bidadari-bidadari itulah yang sebenarnya “jatuh cinta” kepada kegagahan Arjuna.

    TOKOH DEWA 7

    DEWASRANI

    Photobucket

    BATHARA DEWASRANI adalah putra Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Bathari Durga, wujud Dewi Umayi setelah terkena kutukan Sanghyang Manikmaya. Ia lahir di istana siluman, Setragandamayit. Bathara Dewasrani mempunyai lima orang saudara satu ibu lain ayah, yang secara fisik merupakan putra Bathari Durga/Dewi Pramuni dengan Bathara Kala, masing-masing bernama; Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati, Bathara Kalayuwana, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea.Bathara Dewasrani berwajah tamapan.Selain sakti, juga mempunyai Aji Kawrastawan, dapat beralih rupa menjadi apa saja sesuai kehendaknya. Bathara Dewasrani mempunyai sifat dan perwatakan; serakah, bengis, kejam, suka membuat usil dan mau benarnya sendiri. Berkali-kali ia membuat keributan di Jonggrisaloka dengan berbagai tuntutan yang aneh-aneh.
    Bathara Dewasrani pernah menuntut untuk dijadikan raja di Kahyangan Kaideran dan dijodohkan dengan Dewi Supraba. Ketika keingginannya ditolak Sanghyang Manikamaya, ia mengamuk, tetapi dapat dikalahkan Bathara Indra. Dewasrani juga pernah mengejar-ngejar Dewi Sri Widowati/Dewi Srisekar, istri Bathara Wisnu sampai keluar Kahyangan Untarasegara.
    Atas perbuatannya itu ia dikutuk Bathara Wisnu menjadi babi hutan, dan dapat kembali kewujud aslinya setelah diruwat ibunya, Dewi Pramuni.
    Berkali-kali Dewasrani menitis atau menjelma menjadi raja raksasa untuk membuat kekacauaan di Arcapada. Tetapi semua tindakannya itu selalu dapat digagalkan Bathara Wisnu. Karena berbagai tindakannya itu, Dewasrani dikenal sebagai lambang kejahatan.

    DRESNALA 


    Photobucket
    DRESNALA, DEWI adalah putri ke-10 Sang Hyang Brahma dengan permaisuri Dewi Raraswati. Ia mempunyai 13 saudara kandung diantaranya : Dewi Bramanistri yang dianugerahkan kepada Garuda Briawan/Suwarna/Aruni dan menurunkan golongan garuda, Dewi Bramaniyuta yang menikah dengan Batara Srinada/Prabu Basurata raja negri Wirata, Dewi Bremani yang menikah dengan Prabu Banjaranjali yang menurunkan raja-raja negara Alengka termasuk Prabu Dasamuka.
    Dewi Dresnala juga mempunyai 8 orang saudara seayah lain ibu, diantaranya : Batara Brahmanaresi yang menikah dengan Dewi Srihuna, putri Sang Hyang Wisnu. Kemudian Batara Brahmanasadewa yang menikah dengan Dewi Srinadi, putri Sang Hyang Wisnu, berputra Prabu Brahmakestu yang menurunkan raja-raja di Maespati.
    Dewi Dresanala pernah dianugerahkan kepada Arjuna, yang kala itu menjadi raja di Kahyangan Kainderan atas jasanya membunuh Prabu Niwatakawaca raja raksasa negara Manikmantaka. Dari perkawinan itu lahirlah Wisanggeni.

    DRUWASA


    Photobucket

    Resi Druwasa adalah guru Dewi Kunti yang mengajarkan Ajian Adityarhedaya. Sebenarnya ilmu itu tidak boleh diajarkan pada gadis yang belum menikah, tetapi karena Dewi Kunti terus merengek, akhirnya Resi Druwasa mengajarkan ilmu itu dengan pesan agar jangan sekali-kali dicoba digunakan.Namun pada suatu pagi, di ranjang tidurnya, Dewi Kunti mencoba keampuhan ilmu itu, akibatnya datanglah Batara Surya kepadanya, dan terjadilah sesuatu yang tidak diharapkan. Dewi Kunti mengandung, padahal ia masih gadis.Karena kejadian ini, ayah Dewi Kunti, Prabu Kuntiboja mempersalahkan Resi Druwasa dan menuntut agar Resi Druwasa melahirkan jabang bayi yang dikandung Dewi Kunti tanpa merusak kegadisannya.
    Oleh Resi Druwasa, bayi itu akhirnya dikeluarkan lewat telinga Dewi Kunti, sebab ilmu yang diajarkan masuk ke dalam diri Dewi Kunti juga lewat telinga. Sesudah dilahirkan , Prabu Kuntiboja memerintahkan bayi itu dibuang ke sungai, kelak bayi ini menjadi seorang ksatria sakti bernama Basukarna.
    Sebagai seorang yang berilmu tinggi, Resi Druwasa tahu kelak Dewi Kunti akan sangat membutuhkan ilmu ini. Suatu ketika suaminya tidak akan dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena kutukan Begawan Kimindama, padahal ia sangat membutuhkan keturunan. Maka ajian Adityarhedaya terbukti memang bermanfaat untuk memanggil para dewa, sehingga garis keturunannya tidak terputus.




    Selasa, 03 Januari 2012

    TOKOH DEWA 6

    BALAUPATA

    Photobucket
    Balaupata dan Cingkarabala adalah raksasa kembar. Mereka anak raksasa Gopatama yang masih saudara Lembu Andini. Kedua raksasa ini ditugasi menjaga Kori Selamatangkep dan diangkat menjadi dewa. Barang siapa yang mau masuk naik atau masuk ke Kayangan Suralaya menghadap Batara Guru, maka harus lebih dahulu berhadapan dengan sang penjaga Kori Selamatangkep yang berwujud raksasa kembar. Siapapun yang sanggup mengalahkan atau mendapat izin dari raksasa kembar dapat menghadap Batara Guru.
    (Ensiklopedi tokoh-tokoh wayang dan silsilahnya)

    DARMA




    Photobucket

    Batara Darma dikenal sebagai dewa yang bertugas menjaga tegaknya keadilan dan kebenaran dalam dunia pewayangan. Dewa inilah yang sebenarnya ayah biologis Puntadewa, atas izin Prabu Pandu Dewanata, istrinya yang bernama Dewi Kunti menerapkan ajian Adityarhedaya untuk mengundang para dewa. Dewa yang pertama dipanggil adalah Batara Darma ini.
    Batara Darma pernah melindungi Dewi Drupadi, ketika istri Puntadewa itu hendak ditelanjangi oleh Dursasana. Waktu itu setelah Pandawa ditipu dan kalah main judi dengan para Kurawa, Dewi Drupadi dianggap sebagai barang taruhan yang dimenangkan oleh Kurawa. Di hadapan banyak orang, Dursasana mencoba melepas kain yang dikenakan Dewi Drupadi, namun selalu gagal. Setiap kali kain yang dikenakan dilepaskan dari tubuh Drupadi,saat itu pula secara gaib tubuh Drupadi terlapisi oleh kain yang lain,berkat pertolongan Batara Darma.
    Setelah itu, menjelang berakhirnya masa pembuangan Pandawa di hutan Kamiyaka,Batara Darma datang menguji rasa keadilan Puntadewa, anaknya. Dewa itu menyaru sebagai raja gandarwa dan membunuh adik-adik Puntadewa satu persatu.Ia lalu mengajukan berbagai pertanyaan ujian pada Puntadewa yang ternyata dijawab dengan sangat memuaskan.Ketika Puntadewa disuruh memilih mana diantara adik-adiknya yang akan dihidupkan kembali,Puntadewa pun menjawab dengan pertimbangan keadilan yang matang. Karena jawaban Puntadewa yang memuaskan ini, raja gandarwa lalu berubah ujud menjadi Batara Darma, dan keempat adik Puntadewa dihidupkan kembali.
    Menjelang kematian Pandawa, Batara Darma juga menjelma menjadi anjing peliharaan Puntadewa.Anjing itu terus mengikuti perjalanan Pandawa dalam perjalanan kelana menjemput kematian dan mengantar Puntadewa sampai ke pintu sorga. Namun ketika Puntadewa hendak masuk ke sorga,oleh penjaga gerbang sorga anjing itu dilarang masuk. Karena penolakan itu Puntadewa lalu protes, Puntadewa enggan masuk ke dalam sorga yang tidak menghargai sebuah kesetiaan. Pada saat itulah si anjing berubah ujud menjadi Batara Darma.
    http://teguhrahardjo.blogspot.com/2010_04_01_archive.html


    DEWARUCI

    Photobucket


    Dewa Ruci meminta Bima untuk masuk kedalam badannya, melalui telinga kirinya. Walaupun dewa ini sangat kecil, tetapi Bima dapat masuk ke dalam tubuh Dewa Ruci dan menemukan dirinya berada pada suatu dunia yang sangat mengagumkan, damai, dan indah, dimana ia merasa sangat nyaman dan karena itu Bima ingin tetap tinggal disana.Dewa Ruci kemudian menjelaskan makna dari apa yang dilihatnya dan makna dari kehidupan. Menjawab keinginan Bima untuk tinggal disana, Dewa Ruci mengatakan ia boleh tinggal disana setelah kematiannya. Tetapi untuk saat ini, ia harus kembali ke bumi bersama dengan saudara-saudaranya untuk melaksakan kewajiban sebagai ksatria.
    Bima mengikuti Dewa Ruci dan kembali ke dunia nyata untuk melanjutkan perlawanannya memerangi kejahatan, membela saudara-saudaranya melawan Kurawa.




    TOKOH DEWA 5

    CALAKUTA 


    Photobucket



    CALAKUTA, BATARA adalah dewa yang berkuasa atas segala serangga berbisa, menetap di kahyangan Wisabawana yang terletak di lereng Gunung Jamurdipa.
    Suatu ketika ketenangan di kahyangan Wisabawana terganggu karena para dewa di bawah pimpinan Batara Guru sedang bergotong royong berusaha mencabut Gunung Jamurdipa untuk digunakan mengaduk samudra dalam upaya mendapatkan tirta amerta. Perbuatan para dewa itu membuat marah Batara Calakuta.
    Hingga akhirnya timbul perselisihan diantara mereka. Batara Calakuta dan anak buahnya kewalahan dan kemudian melarikan diri. Dalam pelariannya Batara Calacuta menciptakan telaga beracun yang berisi bisa kalakuta. Hingga suatu saat ketika kehausan, sebagian dari para dewa meminum air tersebut dan kemudian menemui ajal. Begitupun Batara Guru nyaris mengalami hal serupa jika pada saat meminumnya tidak dimuntahkan segera. Namun karena kuatnya pengaruh bisa tersebut, maka leher batara Guru menjadi biru karenanya. Itulah sebabnya Batara Guru mendapatkan nama alias sebagai Sang Hyang Nilakanta yang berarti lehernya biru.
    Setelah tirta amerta diperoleh, maka para dewa yang mati karena racun kalakuta dapat dihidupkan lagi.

    CANDRA

    Photobucket

    Batara Candra adalah salah seorang putera Batara Ismaya dengan ibunya bernama Dewi Kanastren, sedangkan istrinya berjumlah 27 orang. Mereka itu kakak beradik putera Sang Hyang Daksa. Dalam pewayangan dikatakan Batara Candra adalah dewa yang bertugas mengatur dan memelihara rembulan serta sinarnya.Batara Candra termasuk yang disebut-sebut dalam Hastabrata sebagai dewa yang harus diteladani sifat-sifatnya oleh raja yang bijaksana dan selalu bersikap menyenangkan orang banyak.Dalam sebuah kisah diceritakan ada seorang raja siluman gandarwa bernama Prabu Kala Rahu alias Rembuculung yang hendak mencuri Tirta Amerta. Kala Rahu bersembunyi di kegelapan malam, tetapi Batara Candra memergokinya dan melaporkan tempat persembunyiaan itu pada Batara Guru. Pemuka Dewa itu lalu mengutus Batara Wisnu menangkap Kala Rahu.
    Namun ketika hendak ditangkap, raja siluman itu melawan. Dengan senjata cakra, Batara Wisnu memotong kepala Kala Rahu. Tubuhnya jatuh terhempas ke bumi menjelma menjadi lesung penumbuk padi. Sementara itu kepalanya melayang-layang di angkasa menanti kesempatan membalas untuk menghukum Batara Candra.
    Itulah yang menimbulkan legenda gerhana rembulan, yang menyebabkan di masyarakat pedesaan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali, orang memukul-mukul lesung bila terjadi gerhana bulan, yang dipercaya untuk menghalau Kala Rahu.
     
    CINGKARALABA

    Photobucket

    Cingkara atau kadang-kadang disebut Cingkarabala adalah saudara kembar Balaupata. Mereka berdua adalah putera Begawan Bremani. Kakaknya yang sulung bernama Manumayasa. Berbeda dengan kakaknya yang lahir sebagai manusia biasa, Cingkara dan Balaupata berujud raksasa.Oleh Batara Guru, Cingkara dan Balaupata ditugasi untuk menjaga Selamatangkep, yaitu gerbang yang menuju ke kahyangan Suralaya. Mengenai siapa orang tua Cingkara dan Balaupata ada versi lain yang menyebutkan bahwa mereka bukan anak Bremani, melainkan anak Maharesi Gopatama, saudara kandung lembu Andini.







    TOKOH DEWA 4

     BREMANA

    Photobucket


    Bremana adalah putera Betara Brama dan mempunyai saudara laki-laki bernama Bremani. Sesudah dewasa Bremana akan di kawinkan dengan putri Betara wisnu (Dewi Srihunon), tetapi Bremana menolak dan atas permintaanya putri ini dikawinkan dengan saudara mudanya (Bremani). Perkawinan terlaksana dan dari perkawinan itu lahirlah seorang putera yang bernama Parikenan.
    Setelah Bremani mendapat putera itu, Dewi Srihunon, istrinya dikembalikan kepada mertuanya (Betara Wisnu) dengan alasan bahwa ia tidak bisa hidup bersama lagi dengan puteri itu. Kemudian Dewi Srihunon diperistrikan oleh Bremana.
    Bremana bermata jaitan, berhidung mancung, beroman muka tenang, berambut terurai gimbal dan segala pakaiannya serupa dengan Bremani.

     BREMANI


    Bremana Bremmani, Lakon ini oleh sebagian dalang disebut Bramana-Bramani, termasuk lakon pakem, tetapi akhir-akhir ini tidak populer. Kisahnya mengenai perkawinan putra Batara Brama, yakni Bramana dan Bramani dengan Dewi Sri Unon, putri Batara Wisnu.
    Pada mulanya Dewi Srihunon diperistri oleh Bambang Bremani, salah seorang putra Batara Brama. Dari perkawinan itu Dewi Srihunon melahirkan putra tunggal bernama Bambang Parikenan, nenek moyang Pandawa dan Kurawa.
    Setelah melahirkan Bambang Parikenan, Dewi Srihunon dikembalikan pada Batara Wisnu (mungkin, dalam istilah masa kini diceraikan), dan kemudian diperistri oleh Bambang Bremana, abang Bremani.
    Ketika Dewi Srihunon hendak diperistri Bremana, mulanya wanita itu menolak. Namun, setelah dibujuk oleh bekas suaminya, yaitu Bremani, akhirnya Dewi Srihunon bersedia menjadi istri Bremana.
    Dari perkawinannya dengan Prabu Bramana beberapa tahun kemudian Dewi Sri Unon melahirkan seorang putri cantik, Dewi Bremanawati, yang kemudian diperistri oleh Prabu Banjaranjali, raja Alengka.
    Lakon ini jarang dipentaskan.
    http://topmdi.net/republikwayang/?p=63



    Photobucket

    CAKRA

    Photobucket

    Batara Cakra atau Cakradewa adalah putera Sang Hyang Manikmaya atau Batara Guru dengan Batari Parwati. Batara Cakra berkedudukan di Kahyangan Ujung Semeru. Ia menjalankan tugas sebagai pujangga kahyangan, sedangkan Batara Ganesya atau Batara Gana bertugas menjaga Panti Pustaka Kahyangan.Oleh karena itu Batara Cakra dan Batara Gana sama-sama mempunyai tugas membina kesusastraan, sehingga Batara Gana sebagai lambang dewa kebijaksanaan bidang pendidikan, Batara Cakra sebagai lambang dewa kapujanggan.
    Karya Batara Cakra yang terkenal adalah Serat Pustaka Jamus Kalimasada dan Jitapsara. Jamus Kalimasada dianugerahkan kepada Puntadewa, Jitapsara dianugerahkan kepada Begawan Palasara.

    TOKOH DEWA 3

    BASUKI 


    Photobucket




    BATHARA BASUKIdikenal pula dengan nama Bathara Wasu. Ia adalah putra Bathara Wismanu, keturunan dari Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Bathara Basuki adalah Dewa keselamatan yang berwujud ular putih. Karena ketekunannya bertapa, ia mendapat anugrah dewata berupa Aji Kawrastawan, sehingga dapat beralih rupa menjadi manusia dan dapat beradat-istiadat serta berbicara seperti manusia.Bathara Basuki menjelma kepada satria yang berjiwa selamat/basuki yaitu Prabu Baladewa/Kakrasana, raja negara Mandura yang berkulit putih, sebagai lambang kesucian atau keselamatan, terlepas dan terluput dari segala keburukan dan kesalahan. Bathara Basuki menjelma dalam tubuh Prabu Baladewa sebagai balas jasa atas kebajikan yang pernah dilakukan oleh Prabu Baladewa menyelanmatkan dirinya yang berwujud ular dari kematian di hutan Krendayana.
    Dengan penitisan Bathara Basuki, sehingga pada masa tuanya, Prabu Baladewa terhindar dari pertikaian keluarga yang berperang dalam Bharatayuda.
    Setelah keturunan Yadawa lenyap dan Prabu Baladewa akan meninggal, Bathara Basuki keluar dari tubuh Kakrasana/Prabu Baladewa melalui mulutnya, dijemput oleh para naga, diantaranya Naga Taksaka, Kumuda, Mandarika, Hreda, Durmuka, Praweddi, kembali ke patala.
    (Website Senawangi)

    BAYU 



    Photobucket

    BAYU, BATARA disebut pula Hyang Pawaka ‘angin’. Dewa Bayu melambangkan kekuatan. Ia putra keempat Sanghyang Manikmaya, Raja Tribuana dengan Permaisuri Dewi Umayi. Karena Sanghyang Manikmaya menitis pada Semar, otomatis Batara Bayu juga diaku sebagai anak Semar. Sanghyang Bayu mempunyai lima orang saudara kandung masing-masing bernama: Batara Sambo, Batara Brahma, Batara Indra, Batara Wisnu, dan Batara Kala.Ia juga mempunyai tiga orang saudara lain ibu yaitu; Batara Cakra, Batara Mahadewa, dan Batara Asmara dari ibu Dewi Umarakti.Menurut wujud rupa wayangnya, Batara Bayu mencerminkan wataknya yang gagah berani, kuat, teguh, bersahaja, pendiam dan mempunyai kekuatan yang dahsyat. Ia tinggal di Kahyangan Panglawung, menikah dengan Dewi Sumi, putri Batara Soma, dan berputra empat orang masing-masing bernama: Batara Sumarma, Batara Sangkara, Batara Sudarma, dan Batara Bismakara.
    (Rupa & Karakter Wayang Purwa oleh Heru S. Sudjarwo)

    BRAHMA 


    Photobucket



    Batara Tempat : Kayangan Deksina di dalam pedalangan sering disebut kayangan ArgadahanaAyah : Batara Guru
    Istri : Dewi Saraswati
    Ibu : Batari Uma
    Kesaktian : Dewa yang menguasai api
    Batara Brama pernah memberikan pusaka Alugara dan Nanggala kepada raden Kakrasana pada saat ia bertapa di pertapaan Arsonya. Maka seolah-olah Hyang Brama adalah guru dari raden Kakrasana. maka kalau kita lihat bentuk wayang Prabu Baladewa, raden Kakrasana mirip dengan bentuk wayang Batara Brama.
    Batara Brama selalu atau sering mengikuti perjalanan Batara Guru ke Ngarcapada/Bumi menjelma menjadi raja seberang dengan nama misal prabu Dewa Pawaka atau yang lain.Hal ini dapat digagalkan oleh Semar. Sehingga kehendaknya ingin memusnahkan Pandawa atau membuat onar dunia tidak berhasil. Juga dapat dilihat dalam lakon lahirnya Wisanggeni.
    Tujuan Batara Drama akan mengawinkan putrinya Dewi Dresanala dengan Dewa Srani serta menceraikan radaen Arjuna. Hal ini dapat digagalkan oleh Semar dan para Pandawa. Jadi kesimpulannya bahwa semua ulah dewa jika salah akan kalah oleh tindakan manusia yang benar.

    Senin, 02 Januari 2012

    ARJUNA

    Di Nusantara, tokoh Arjuna juga dikenal dan sudah terkenal dari dahulu kala. Arjuna terutama menjadi populer di daerah JawaBaliMadura, danLombok. Di Jawa dan kemudian di Bali, Arjuna menjadi tokoh utama dalam beberapa kakawin, seperti misalnya Kakawin ArjunawiwāhaKakawin Pārthayajña, dan Kakawin Pārthāyana (juga dikenal dengan nama Kakawin Subhadrawiwāha. Selain itu Arjuna juga didapatkan dalam beberapa relief candi di pulau Jawa misalkan candi Surowono.

    Arjuna dalam dunia pewayangan Jawa

    Arjuna juga merupakan seorang tokoh ternama dalam dunia pewayangan dalam budaya Jawa Baru. Di bawah ini disajikan beberapa ciri khas yang mungkin berbeda dengan ciri khas Arjuna dalam kitab Mahābhārata versi India dengan bahasa Sansekerta.

    Sifat dan kepribadian

    Arjuna seorang kesatria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu. Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi brahmana di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa untuk membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra, bergelar Prabu Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain: Gendewa (dari Bhatara Indra), Panah Ardadadali (dari Bhatara Kuwera), Panah Cundamanik (dari Bhatara Narada).


    Arjuna memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Setelah perang Bharatayuddha, Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata. Akhir riwayat Arjuna diceritakan, ia moksa (mati sempurna) bersama keempat saudaranya yang lain di gunung Himalaya.
    Ia adalah petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh ramping berparas rupawan sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski berkemauan baja, kesatria dengan segudang istri dan kekasih meski mampu melakukan tapa yang paling berat, seorang kesatria dengan kesetiaan terhadap keluarga yang mendalam tapi kemudian mampu memaksa dirinya sendiri untuk membunuh saudara tirinya. Bagi generasi tua Jawa, dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda dengan Yudistira, dia sangat menikmati hidup di dunia. Petualangan cintanya senantiasa memukau orang Jawa, tetapi secara aneh dia sepenuhnya berbeda dengan Don Juan yang selalu mengejar wanita. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga para puteri begitu, juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka. Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia sangat berbeda denganWrekudara. Dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh orang Jawa berbagai generasi.

    Pusaka

    Arjuna juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain: Keris Kiai Kalanadah diberikan pada Gatotkaca saat mempersunting Dewi Pergiwa (putra Arjuna), Panah Sangkali (dari Resi Drona), Panah Candranila, Panah Sirsha, Panah Kiai Sarotama, Panah Pasupati (dari Batara Guru), Panah Naracabala, Panah Ardhadhedhali, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni (diberikan pada Abimanyu), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyakJayengkaton (pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani) dan Kuda Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna antara lain: PanglimunanTunggengmayaSepiangin, Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama. Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu Kampuh atau Kain Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu Ekalaya, raja negara Paranggelung).


    Photobucket

    Istri dan keturunan

    Dalam Mahabharata versi pewayangan Jawa, Arjuna mempunyai banyak sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan atas jasanya ataupun atas keuletannya yang sekaku berguru kepada banyak pertapa. Berikut sebagian kecil istri dan anak-anaknya:
    1. Dewi Subadra, berputra Raden Abimanyu;
    2. Dewi Sulastri, berputra Raden Sumitra;
    3. Dewi Larasati, berputra Raden Bratalaras;
    4. Dewi Ulupi atau Palupi, berputra Bambang Irawan;
    5. Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti;
    6. Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka;
    7. Dewi Dresanala, berputra Raden Wisanggeni;
    8. Dewi Wilutama, berputra Bambang Wilugangga;
    9. Dewi Manuhara, berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati;
    10. Dewi Supraba, berputra Raden Prabakusuma;
    11. Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa;
    12. Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada;
    13. Dewi Maheswara;
    14. Dewi Retno Kasimpar;
    15. Dewi Dyah Sarimaya;
    16. Dewi Srikandi.

    Julukan

    Dalam wiracarita Mahabharata versi nusantara, Arjuna banyak memiliki nama dan nama julukan, antara lain: Parta (pahlawan perang), Janaka(memiliki banyak istri), Pemadi (tampan), DananjayaKumbaljaliCiptaning Mintaraga (pendeta suci), PandusiwiIndratanaya (putra Batara Indra),Jahnawi (gesit trengginas), PalgunaIndrasutaDanasmara (perayu ulung) dan Margana (suka menolong). “Begawan Mintaraga” adalah nama yang digunakan oleh Arjuna saat menjalani laku tapa di puncak Indrakila dalam rangka memperoleh senjata sakti dari dewata, yang akan digunakan dalam perang yang tak terhindarkan melawan musuh-musuhnya, yaitu keluarga Korawa.

    Nama lain

    Nama lain Arjuna di bawah ini merupakan nama lain Arjuna yang sering muncul dalam kitab-kitab Mahabharata atau Bhagawad Gita yang merupakan bagian daripadanya, dalam versi bahasa Sanskerta. Nama-nama lain di bawah ini memiliki makna yang sangat dalam, mengandung pujian, dan untuk menyatakan rasa kekeluargaan (nama-nama yang dicetak tebal dan miring merupakan sepuluh nama Arjuna).


    1. Anagha (Anaga, yang tak berdosa)
    2. Bhārata (Barata, keturunan Bhārata)
    3. Bhārataśreṣṭha (Barata-sresta, keturunan Bhārata yang terbaik)
    4. Bhāratasattama (Bharata-satama, keturunan Bhārata yang utama)
    5. Bhārataśabhā (Barata-saba, keturunan Bharata yang mulia)
    6. Dhanañjaya (perebut kekayaan)*
    7. Gandīvi (Gandiwi, pemilik Gandiwa, senjata panahnya)
    8. Gudakeśa (penakluk rasa kantuk, yang berambut halus)
    9. Jishnu (hebat ketika marah)*
    10. Kapidhwaja (yang memakai panji berlambang monyet)
    11. Kaunteya / Kuntīputra (putra Dewi Kunti)
    12. Kīrti (yang bermahkota indah)*
    13. Kurunandana (putra kesayangan dinasti Kuru)
    14. Kurupravīra (Kuru-prawira, perwira Kuru, ksatria dinasti Kuru yang terbaik)
    15. Kurusattama (Kuru-satama, keturunan dinasti Kuru yang utama)
    16. Kuruśṛṣṭha (Kuru-sresta, keturunan dinasti Kuru yang terbaik)
    17. Mahābāhu (Maha-bahu, yang berlengan perkasa)
    18. Pāṇḍava (Pandawa, putra Pandu)
    19. Parantapa (penakluk musuh)*
    20. Pārtha (keturunan Partha atau Dewi Kunti)*
    21. Phālguna (yang lahir saat bintang Uttara Phalguna muncul)*
    22. Puruṣaṛṣabhā (Purusa-rsaba, manusia terbaik)
    23. Sawyaśachī (Sawya-saci, yang mampu memanah dengan tangan kanan maupun kiri)*
    24. Śwetawāhana (Sweta-wahana, yang memiliki kuda berwarna putih)*
    25. Wibhatsu (yang bertarung dengan jujur)*
    26. Wijaya (yang selalu memenangkan setiap pertempuran)*
    walk animasi Pictures, Images and Photos animasi Pictures, Images and Photos
    Galaxy Mini Pictures, Images and Photos Djarum Black Pictures, Images and Photos
    Photobucket